BAB 3
KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
2.1 Definisi Kewirausahan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan
baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan
dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan
bukan tujuan utama.
Istilah
kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship
dalam bahasa Inggris. Kata entrepreneurship
sendiri berawal dari bahasa Perancis, yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta dan pengelola usaha.
Istilah tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin popular setelah digunakan
oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu
memindahkan sumber daya-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke
produktivitas yang lebih ingi dan menghasilkan
banyak lagi (Suwartoyo,1992).
Ketika
teori ekonomi memasuki masa neoklasikal, peran wirausaha tidak lagi mendapat perhatian
khusus. Wirausaha saat itu hanya dianggap sebgai factor produksi yang tergolong
tetap (fixed factor), di mana pemusatan
teori saat itu berada pada pengelolaan sumber daya (Eatwell et. al., 1988).
Bebarapa definisi lain tentang kewirausahaan diantaranya sebagai
berikut:
Maggil (1991)
Wirausaha
melakukan suatu proses yang disebut dengan ‘creative
destruction’ terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh wirausaha
akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk kemudian menciptakan
keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut.
Raymond W.Y Kao (1995)
Kewirausahaan merupakan suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu
yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi
). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan
kesejahteraan /kekayaan dan nilai tambah, melalui penelusuran dan
penetasan gagasan tersebut menjadi realitas.
Faisal Afif (2001)
Wirausaha
pada hakikatnya bukan saja semata-mata masuk dalam wilayah bisnis/ekonomi, namun
telah meluas ke bidang public (nonbisnis) seperti politik dan pemerintah. Alasannya,
karena secara kontekstual dunia entrepreneur
berisi wilayah tak bertuan yang belum pernah dijamah, asing dan pola dinamikanya
belum memiliki keteraturan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan
di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam
bentuk :
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan
dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Harvey Leibenstein (1968,1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian
tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan
dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan
selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan
dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah
nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih
besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara
baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam
kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan
sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan
ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara
atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu
yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi.
2.2 Karakter, Ciri Umum, dan Nilai-Nilai Hakiki
Kewirausahaan
2.2.1 Karakteristik Kewirausahaan
Karakteristik
|
Watak
|
Percaya
diri dan optimis
|
Memiliki
kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan
terhadap orang lain dan individualistis.
|
Berorientasi
pada tugas dan hasil
|
Kebutuhan
untuk berprestasi, berorientasi laba, mempnyai
dorongan
kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta
inisiatif.
|
Berani
mengambil resiko & menyukai tantangan
|
Mampu
mengambil resiko yang wajar.
|
Kepemimpinan
|
Berjiwa
kepemimpinan mudah beradaptasi dengan orang lain,
dan
terbuka terhadap kritik dan saran.
|
Keorisinalan
|
Inovatif,
kreatif dan fleksibel.
|
Berorientasi
pada masa depan
|
Memiliki
visi dan perspektif terhadap masa depan.
|
Sumber : Geoffrey G.Meredith,
et al. Kewirausahaan :Teori dan Praktik
Ed.5.hal. 5-6
|
Para
ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. Geoffrey
G. Meredith (1996 : 5-6), misalnya, mengemukakan cirri-ciri dan watak kewirausahaan
seperti berikut :
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7)
mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut :
Desire for responsibility,
yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang
yang memiliki tanggung jawab akan selalu mawas diri.
Preference for moderate
risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari
risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
Confidence in their ability
to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh
kesuksesan.
Desire for immediate feedback,
yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
High level of energy, yaitu
memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan
yang lebih baik.
Future orientation, yaitu
berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
Skill at organizing,
memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
Value of achievement over
money, lebih menghargai prestasi daripada uang.
2.2.2 Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan
Memiliki Motif Berprestasi
Tinggi
Seorang
wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk
menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan sesuatu hal secara tidak
asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi
merupakan hal yang justru membedakanantara hasil karyanya sebagai wirausaha dengan
orang lain yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan.
Memiliki Perspektif ke
Depan
Arah
pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif seorang
wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak. Indicator-indikatornya
dapat dilihat dari contoh berikut :
Sony Sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan
belajar, mampu menangkap berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto
“The Fastes Solution” yang sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah
dicoba menjadi popular di mana-mana.
Akio Morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan “Walkman”
dari hasil perspektifnya terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan
sebuah tape recorder yang dilengkapi dengan headphones dan berbentuk kecil sehingga
mudah dibawa kemanapun.
Memiliki Kreatifitas Tinggi
seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inivasi yang lebih
nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya
dan wirausaha mampu membuat hasil inovasinya menjadi permintaan, contohnya : Menjelang
tahun 2000, ada sekelompok ornag yang menjad kaya raya karena hasil menjual “tha
millennium bug”. Puluhan juta dolar bergulir di industry computer dan teknologi
hanya karena ide ini. Peranti lunak baru, jasa konsultasi teknologi computer, bahkan
Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi industry hiburan yang menghasilkan
puluhan juta dolar.
Memiliki Sifat Inovasi
Tinggi
Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi
inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jiak impian dan tujuan hidup merupakan fondasi
bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang
menunjang kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa
ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan hidup dan bisnis menjadi
kukuh dalam situasi apa pun, entah badai kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi
baru yang dibuat harus ditunjang oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka pengembangan,
kemudian diikuti dengan manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas,
system pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreatifitas yang diterjemahkan
menjadi sesutau yang di implementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber
daya yang kita miliki.
Memiliki Komitmen terhadap
Pekerjaan
Menurut Sony Sugema, terdahap tiga hal yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.
Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang
berlayar tanpa tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang
pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nakhoda,
tidak jelas arah yang akan dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan
kegagalan. Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya,
karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya.
Memiliki Tanggung Jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dati tuntutan tanggung
jawan. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu
melahirkan taggung jawab. Indicator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin,
penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten, misalnya
:
Staff bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu
sehingga menyulitkan pengukuran kinerja perusahaan.
Pengusaha merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran
pajak sesuai dengan peraturan.
Memiliki Kemandirian
Orang yang mandiri adalah orang tidak suka mengandalkan orang lain
namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya
adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang
lain.
Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, haus memiliki berbagai jenis
modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :
Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan,
kemampuan menganalisa dan meghitung resiko serta keberanian atau visi jauh ke depan.
Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal
usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan, penawaran, dan lain
sebagainya.
Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga
sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika factor-faktor tersebut dapat
dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi
kenyataan.
Memiliki Keberanian Menghadapi
Risiko
Seorang wirausaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko
yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Berani
mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dalam
dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang
akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan
kemungkinan berhasil. Inilah factor penentu yang membedakan wirausaha dengan manajer.
Wirausaha akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan
manajer dibutuhkan dalam mengatur perusahaan. Inti dari tugas manajer adalah berani
mengambil dan membuat keputusan untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya,
sedangkan inti kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih peluang.
Selalu Mencari Peluang
Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam persperktif
atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan
beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai
dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Semakin tinggi kemampuan
seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula
kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif. Seorang wirausaha
senantiasa belajar, belajar dan belajar.
Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia yang
harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman dan pencarian
yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap
perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk membantu
kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
2.2.3 Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identic dengan system nilai yang
melekat pada system nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja
(1986), dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai manajer terdapat dua
kelompok nilai, yaitu: 1) sitem nilai pribadi 2) system nilai kelompok atau organisais. Dalam system nilai
pribadi terdapat empat jenis system nilai, yaitu (1) nilai primer pragmatic, (2)
niali primer moralistic, (3) Nilai primer efektif dan (4) nilai baruan. Dalam system
nilai primer Pragmatik terkandung beberapa
unsur diantaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan kecakapan, kreativitas,
kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistic terkandung unsur-unsur
keyakinan, jamianan, martabat, pribadi, kehormatan, dan ketaatan.
Dalam kewirausahaan, system nilai primer pragmatic tersebut dapat
dilihat dari watak, jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan
prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas
kerja, komitmen dan kemampuan mencari peluang, selanjutnya nilai moralistic meliputi
keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan
dan keutamaan.
Sujuti Jahya (1997), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut dalam
dua dimensi nilai berpasangan, yaitu:
Pasangan system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
nonmateri.
Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasan.
Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan tujuan
masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang penting
dari kewirausahaan, yaitu:
Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi 1988 :33). Dalam praktik,
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikaap dan keyakinan untuk memulai, melakukan,
dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan
diri memilikki nilai keyakinan, optimisme, individualisme, dan ketidaktergantungan.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya
untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7)
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis
dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri mrmiliki kemampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efesien. Kepercayaan diri juga
sellu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan
pekerjaan.
Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan
dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan
adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi.
Maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya akan semakin maju dan berkembang.
Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku
inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun
dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, dan semangat
berprestasi.
Keberanian Mengambil Risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu
nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan
sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang
berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik ( Yuyun Wirasasmita 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang
lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan
daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh
sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggikemungkinan memperoleh
sukses yang tinggi, tetpi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia
akan lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang
penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara
realistis.
Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama,
dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu
menampilkan barang dan jasa-jasa yang di hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu,
dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda
sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi mauoun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai sutau yag menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang
yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai.
Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peuang dan terbuka terhadap kritik serta saran
yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsa yang berbeda akan dipandang
sebagai suatu yang baru dan dijadikan peluang.
Banyak hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang baru, seperti computer,
mobil, minuman, dan produk makanan lainnya.
Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa
depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat
ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari
peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat
wirausaha tidak cept puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab
itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi
Nilai inovtif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan
seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya
cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7) dengan ciri-ciri:
Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik.
Selalu menuangkan imajinasi dlam pekerjaannya.
Selalu ingin tampil beda atau manfaatkan perbedaan.
Hardvard’s
Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan kretivitas lebih mengarah pada
konsep berpikir dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan
gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada.
Sedangkan inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat.
Jadi kretivitas adalah kemampuan menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi adalah
melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah
berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau pendapat Soeparman Soemahamidjaja
(1997:10), bahwa kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar