IMPLEMENTASI STRATEGI
A. Pengertian Implementasi Strategi
Implementasi Strategi adalah
jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses
dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi
merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategic. Perumusan strategi dan
implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
B. Pihak Yang Mengimplementasikan
Strategi
Tujuan dan strategis perusahaan
atau organisasi akan mudah untuk diimplementasikan dengan baik,apabila tujuan
dan strategi tersebut dituangkan kedalam rangkaian kedalam bentuk program yang
terjadwal dengan jelas serta memperoleh alokasi sumber daya yang memadai yang
telah dituangkan dalam bentuk aggaran yang akan membentuk setiap programnya.
Program-program yang dibuat oleh perusahaan selanjutnya didukung oleh prosedur
yang menjelaskan secara rinci bagaimana suatu strategi harus dilakukan. Melalui
prosedur tersebut, akan menjelaskan berbagai aktivitas yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan suatu program. Kemudian, perusahaan harus
mengembangkan struktur organisasi yang akan memudahkan impplementasi strategi
yang telah dipilih perusahaan atau organisasi.
Jumlah pihak yang terlibat
dalam implementasi strategic sangatlah banyak, dibandingkan dengan mereka
pihak yang merumuskan. Disebagian besar perusahhaan multi-industri,
pelaksana strategi adalah setiap orang yang ada didalam organisasi. Bebrerapa
pihak yang mengumplementasikan manajemen strategic diantaranya:
1. Direktur
Fungsional (keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, atau operasi).
2. Direktur
divisi atau unit basis strategis (SBU).
3. Manajer
proyek.
4. Manajer
pabrik.
5. Kepala
kepala unit.
6. Manajer
operasional.
7. Dan
lain-lain.
Pihak-pihak yang berperan dalam
mengimplementasikan manajemen strategic sangatlah berperan dalam menetukan
sukses atau tidaknya implementasi strategi, meskipun mereka hanya sedikit
dilibatkan dalam pengembangan strategi perusaahaan. Perubahan visi, misi, tujuan,
strategi, dan kebijakan-kebijkan penting perusahaan lainnya perlu
dikomunikasikan secara jelas dan transparan kepada seluruh manajer operasional.
Dengan demikian maka manajer operasional akan mampu mempengaruhi manajemen
puncak dan manajemen menengah dalam melakukakan setiap proses perumusan maupun
implementasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang optimal.
C. Cara Mengimplementasikan Manajemen Strategi
Untuk dapat mendukung
implementasi strategi yang telah disusun, maka para manajer divisi dan wilayah
fungsionanl harus bekerja sama dengan rekan manajer lainnya dalam mengembangkan
program,anggaran, dan prosedur yang diperlukan untuk hal tersebut. Mereka harus
mampu bekerja sama untuuk mencapai sinergi diantara berbagai divisi dan wilayah
funngsional agar mampu unntuk mempertahankan dan mendapatkan keunggulan
kompetitif perusahaan atau organisasi. Beberapa langkah dalam implementasi
strategic diantaranya:
1.
Mengembangkan Program, Anggaran, dan Prosedur.
Program dibuat bertujuan untuk membuat
strategi dan dapat dilaksanakan dalam tindakan (action
oriented). Setelah program tersusun, kemudian dilanjutkan dengan
membuat anggaran. Merencanakan sebuah anggaran adalah proses pengecekan
terakhir pihak manajemen terhadap kelayakan strategi yang dipilih. Dengan
memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengimplementasikan sebuah
progam, hal tersebut menjadi sebuah petunjuk dalam strategi yang ideal.
Proses menyusun dan mendesain
anggaran program, baik divisional maupun perusahaan akan mengarahkan pihak
manajemen untuk mengembangkan prosedur standart operasi (standart operating
procedures/ SOP). SOP berisi rincian berbagai aktivitas yang diperlukan untuk
sebuah program perusahaan atau organisasi.
2.
Mencapai Sinergi.
Salah satu tujuan yang harus
dicapai dalam implementasi strategi adalah memperoleh sinergi diantara berbagai
fungsi dan unit bisnis yang ada. Igor Ansoff menyatakan bahwa terdapat 4 jenis
sinergi yang seringkali mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi:
a. Sinergi
Pemasaran
Sinergi pemasaran dapat
tercipta melalui kerjasama antara saluran distribusi, wiraniaga, dana tau
dengan gedung penyimpanan. Misalnya: sinergi melalui periklanan dan promosi
bersama dapat memeberikan keuntungan yang berlipat ganda yang diperolah dengan
biaya yang relative lebih kecil.
b.
Sinergi Operasional
Sinergi operasional dapat
diperolah melalui kerja sama penggunaan tenaga kerja dan fasilitas, dan
kebutuhan operasional dengan jumlah yang besar.
c.
Sinergi Investasi
Sinergi investasi dapat
tercipta melalui penggunaan bersama fasilitas produksi dalam pabrik, pembelian
persediaan bahan baku, penggunaan bersama peralatan dan mesin-mesin pengolahan.
d.
Sinergi Manajemen
Sinergi manajemen diperoleh
melalui pelaksanaan manajemen yang kompeten untuk menambah unit bisnis baru
atau produk baru, sehingga dapat untuk meningkatkan kinerja.
Sinergi-sinergi tersebut tidak
akan diperoleh begitu saja, dalam mencapai sinergi-sinergi tersebut perlu
adanya usaha untuk mengembangkan budaya organisasi yang mendukung, serta
program pengembangan reorganisasi dalam memadukan keseluruhan operasi perusahan
atau organisasi yang ada.
Penerapan strategi (implementation) :
1) Leadership Implementation :
a)
Mencari dan menetapkan tenaga ahli pada posisi yang benar dan tepat.
b)
Pemimpin pilihan dan penugasan yang sesuai.
c)
Gaya dan iklim perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kepemimpinan.
2) Organizational Implementation :
a)
Meninjau kembali posisi organisasi perusahaan atau stream living.
b)
Tetap menjalin hubungan baik dengan distributor.
c)
Melakukan internal marketing.
3) Policy Implementation,
perencanaan dan kebijakan dibentuk untuk meyakinkan bahwa :
a)
Keputusan strategi benar-benar di implementasikan.
b)
Terdapatnya basis pengawasan atas strategi yang dilaksanakan.
c)
Ada nya penanganan yang konsisten.
D. Mengembangkan Program, Anggaran
dan Prosedur
1.
Program
Tujuan dari program adalah
untuk membuat tindakan-berorientasi pada strategi. Misalnya, Ajax Continental
telah memilih integrasi vertical ke hilir sebagai strategi terbaiknya untuk
pertumbuhan. Ajax Continental membeli toko eceran (retail outlet) perusahaan
yang lain (Jones Surplus) daripada membangun sendiri. Untuk mengintegrasikan
toko-toko baru tersebut ke dalam perusahaan, berbagai program baru telah
dikembangkan, diantara adalah sebagai berikut :
a. Program restrukturisasi
untuk mengalihkan toko-toko Jones Surplus ke dalam rantai komando pemasaran
Ajax Continental agar para manajer toko melapor kepada para manajer
wilayah, manajer wilayah melapor kepada manajer barang dagangan, dan manajer
barang dagangan melapor kepada wakil presiden yang mengepalai pemasaran.
b. Program periklanan (Jones Surplus
kini merupakan bagian dari Ajax Continental, “Harga lebih murah,
pilihan lebih banyak”).
c. Program pelatihan untuk
para manajer toko yang baru disewa dan untuk pelatihan ini tetap dipilih
kerjasama dengan para manajer Jones Surplus.
d. Program untuk mengembangkan
prosedur pelaporan akan mengintegrasikan toko-toko Jones Surplus dalam system
akuntansi Ajax Continental.
e. Program modernisasi
toko-toko Jones Surplus dan mempersiapkan untuk pembukaan mereka secara resmi.
2.
Anggaran
Proses anggaran dimulai setelah
program dikembangkan. Perencanaan sebuah anggaran merupakan pengecekkan akhir
yang nyata dari sebuah korporasi terhadap kelayakan strategi yang dipilihnya.
Sebuah strategi yang ideal mungkin ditemukan menjadi tidak praktis hanya
setelah program-program implementasi khusus dibiayai secara rinci.
3.
Prosedur
Setelah anggaran diprogram,
divisional dan perusahaan disetujui, maka prosedur operasi standar harus
dikembangkan. Mereka merinci secara khusus berbagai aktivitas yang harus
dilaksanakan untuk menyempurnakan program-program korporasi. Disamping itu,
mereka harus diperbaharui untuk mewakili beberapa perubahan teknologi seperti
yang ada dalam strategi. Dalam kasus akuisisi Ajax Corporation terhadap
toko-toko eceran Jones Surplus, prosedur-prosedur operasi baru harus dibangun
seperti : toko-toko promosi, pemesananpersediaan, pemilihan barang dagangan,
hubungan pelangggan, fasilitas belanja kredit, distribusi gudang penyimpanan,
harga, batas pembayaran melalui cek giro, penanganan keluhan pelanggan, serta
promosi dan kenaikan berkala jabatan karyawan. Prosedur-prosedur ini akan
memastikan bahwa operasional harian toko akan selalu tetap dan stabil sepanjang
waktu (yaitu aktivitas minggu yang akan datang akan sama dengan aktivitas
minggu ini) dan konsisten diantara toko-toko yang lainnya (misalnya tiap toko
akan beroperasi pada standar pelayanan yang sama seperti yang lainnya).
E.
Mencapai Sinergi.
Salah satu tujuan yang harus
dicapai dlam implementasi strategi adalah sinergi diantara berbagai fungsi dan
unit bisnis yang ada. Hal ini merupakan alasan mengapa banyak perusahaan pada
umumnya melakukan reorganisasi setelah melakukan akuisisi. Sinergi dikatakan
ada bagi korporasi divisional jika pengembalian investasi (ROI) pada
masing-masing divisi lebih besar daripada pengembalian yaang diperoleh oleh
divisi-divisi tersebut ketika terpisah sebagai unit bisnis yang mandiri
(Vasconcellons, 1990:11). Akuisisi atau pengembangan dengan penambahan lini
produk baterai sering dijadikan alas an untuk mendapatkan keunggulan dalam
bidang fungsional tertentu dalam sebuah perusahaan. Contoh, Ketika Ralston
Purina mengakuisisi lini produk Carbide Eveready dan Energizer, para pimpinan
Ralston berargumen bahwa dengan melakukan akuisisi tersebut perusahaan Ralston
akan memperoleh margin keuntungan lebih besar dalam lini produk baterai
daripada Union Carbide karena keahlian Ralston dalam mengembangkan dan
memasarkan merek produk-produk konsumen. Ralston Purina menganggap bahwa proses
akuisisi akan mampu membuat harga baterai lebih murah karena ada keunggulan
sinergi dalam periklanan, promosi dan distribusi.
F. Tahap-Tahap
Pengembangan Perusahaan.
Perusahaan-perusahaan
yang berhasil cenderung mengikuti suatu pola perkembangan structural ketika
mereka tumbuh dan berkembang. Pada permulaannya, dengan struktur perusahaan
yang berhubungan dengan usahawan (structure of entrepreneurial
firm) (dimana
setiap orang melakukan sesuatu), mereka biasanya (jika mereka sukses)
memperoleh lebih besar dan mengatur lini fungsional pada departemen pemasaran,
produksi, dan keuangan. Dengan keberhasilan yang berkelanjutan, perusahaan
menambah lini produk baru pada industri yang berbeda dan mengatur sendiri
kedalam divisi-divisi yang berhubungan. Perbedaan diantara ketiga struktur tahap
pengembangan perusahaan meliputi bentuk masalah, tujuan, strategi, system
penghargaan, dan karakteristik.
1. Tahap I : Struktur Sederhana
Tahap pertama ditandai dengan
keberadaan usahawan, orang yang mendirikan perusahaan untuk mewujudkan
gagasannya (produk atau jasa). Usahawan cenderung untuk membuat semua keputusan
penting secara perseorangan dan terlibat dalam setiap bagian paling kecil dan
tahapan dalam orgaanisasi.
Pada tahap I ini perusahaan
memiliki lebih sedikit struktur formal yang membantu usahawaan mengawasi
langsung berbagai aktivitas setiap karywan (lihat gambar 4.4 tentang struktur
ilustrasi sederhana, fungsional dan struktur divisional). Perencanaan biasanya
untuk jangka pendek dan reaktif.
2. Tahap II : Struktur Sederhana
Tahap II merupakan batas
kewajaran kletika wirausahawan digantikan oleh sebuah tim manajer yang memiliki
spesialisasi fungsional. Transisi untuk menuju tahap ini membutuhkan sebuah
perubahan secara substansi gaya manajerial untuk pimpinan kantor perusahaan,
jika secara khusus ia merupakan wirausahawan pada tahap I. Ia harus belajar
mendelegasikan, agar penambahan jumlah staf dapat memberikan manfaat kepada
organisasi.
3. Tahap III : Struktur Divisional
Pada tahap III, perusahaan
memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di
berbagai industri yang dimilikinya dan mendesentralisasikan autoritas
pengambilan keputusan. Organisasi-organisaasi ini tumbuh melalui berbagai
lini produk mereka dan ekspansi untuk melindungi wilayah geografi yang lebih
luas.
Mereka mengubah struktur
divisional menjadi satu kantor pusat dan mendesentralisasikan divisi-divisi
operasi-setiap divisi atau unit bisnis merupakan sebuah perusahaan tahap II
yang diorganisir secara fungsional. Mereka juga harus menggunakan struktur
konglomerat jika manajemen puncak memilih untuk melepaskan unit-unit tambahan
yang dimilikinya pada tahap II dengan melakukan operasi secara otonom.
4. Tahap IV : Unit Bisnis Sistem .
Terjadinya evolusi tahap
pengembangan ke dalam unit bisnis strategis selama tahun 1970-an dan 1980-an,
bentuk divisional bukan merupakan kata masa lampau dalam struktur organisasi.
Dengan kondisi-kondisi :
a. Meningkatnya
ketidakpastian lingkungan.
b. Menggunakan
pengalaman yang lebih besar dalam teknologi metode produksi dan system
informasi.
c. Meningkatnya
ukuran dan lingkup bisnis korporasi ke seluruh dunia.
d. Titik berat
yang lebih besar pada strategi kompetitif multi-industri.
e. Lebih banyak
mendidik kader manajer dan karyawan, bentuk-bentuk struktur organisasi baru
telah muncul dan berjalan selama akhir pertengahan abad ke-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar