PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI
PORTOFOLIO SAHAM
Bagian A
PENGERTIAN
NILAI SAHAM
Harga saham adalah harga yang
terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar
yaitu permintaan dan penawaran pasar[1][3].
Harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas,
dan pertumbuhan. Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah pengaruh dividen
dengan harga saham, dimana harga saham dianggapsebagai nilai sekarang dari
seluruh dividen yang diharapkan di masa mendatang.
D. NILAI – NILAI SAHAM
Ada dua pendekatan untuk
melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham [2][4]yaitu:
a. Analisis Fundamental
Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk
rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga
saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih
perusahaan itu.
b. Analisis Teknikal
Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan menentukan
harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi yang
timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada
informasi intern perusahaan.
E. JENIS JENIS PENILAIAN SAHAM
Ada tiga jenis penilaian saham
(Hartono, 2000: 79), yaitu:
a. Nilai buku
Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi
kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar
jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.
Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku[3][5]:
Ć
9
|
Nilai
nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten.
Ć Agio
saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada
emiten dikurangi harga nominalnya.
Ć Nilai
modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan
emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham. Laba ditahan, ialah
laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan diinvestasikan kembali ke
perusahaan dan merupakan sumber dana internal.
b. Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan
penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder.
Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi,
sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu
perusahaan.
c. Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar
suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya
sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari
nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari
dividen maupun capital gain[4][6].
Pendekatan dalam penentuan
nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental yaitu:
Ć Pendekatan
nilai sekarang (present value)
Dalam pendekatan ini,
perhitungan nilai saham dilakukan dengan menghitung nilai sekarang (present value) semua aliran kas saham yang
diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang
disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai intrinsik atau disebut juga dengan
nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua
aliran kas yang akan diterima investor pada masa yang akan datang.
10
|
Komponen
dalam penentuan nilai saham dnegan pendekatan nilai sekarang adalah aliran kas
(cash
flow). Aliran kas yang bisa dipakai
dalam penilaian saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah earning perusahaan, atau berupa earning yang dibagikan dalam bentuk
dividen. Dengan demikian kita bisa menggunakan komponen deviden sebagai dasar
penilaian saham.Penentuan nilai saham (pendekatan nilai sekarang) dengan
menggunakan komponen deviden dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan
Model Diskonto Deviden
Model Diskonto Deviden
merupakan model untuk mengestimasi harga saham dengan mendiskontokan semua
aliran dividen yang akan diterima di masa yang akan datang. Secara sistematis,
model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
P0 = D1 + D2 + D3 + ....... + D~ (1
+ k) (1 + k)2 (1 + k)3 (1+
k)~
|
Dimana :
P0 = Nilai intrinsik saham dengan
model diskonto
dividen
D1, D2, D3, D~ = Dividen yang akan diterima
dimasa yang
akan datang
K = Tingkat return yang diisyaratkan
Dalam persamaan diatas dapat
dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor merupakan aliran dividen
yang ridak terbatas dan bersifat konstan. Namun dalam kenyataannya, ada kalanya
perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur, jumlahnya tidak konstan
atau dengan kata lain pembayarannya mengalami pertumbuhan (growth). Dalam situasi tersebut,
perlu dibedakan antara sesuai dengan karakteristik pertumbuhan pembayaran
dividen.
Model Pertumbuhan Nol
Model ini digunakan saat
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tidak akan mengalamai pertumbuhan.
Dengan kata lain jumlah dividen yang dibayarkan akantetap sama dari waktu ke
waktu.
11
|
Model
ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
P0 = D
K
|
Dimana,
P0 =
Nilai saham preferen
D = dividend
saham preferen
K = tingkat
return yang disyaratkan pada saham
Preferen
Model Pertumbuhan Konstan
Model petumbuhan konstan (model
Gordon), dipakai untuk menentukan nilai saham yang pembayaran dividennya
mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas.
Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
P0* = D1
(k-g)
|
Dimana :
P0 =
Nilai saham preferen
D1 = dividend saham preferen
K = tingkat
return yang disyaratkan pd saham
preferen
g =
tingkat pertumbuhan perusahaan
Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)
Model ini sesuai untuk menilai
saham perusahaan yang mempuyai karakteristik pertumbuhan yang ‘fantastis’ di
tahun-tahun awal, sehingga bisa membayarkan dividen dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi.
Pada beberapa tahun awal selama
masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayar dividen
dengan pertumbuhan diats normal, namun setelah melewati masa tersebut
pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan mungkin akan lebih
rendah dari masa sebelumnya, dan akan bertumbuh secara tetap.
12
|
Tahap-tahap
perhitungan yang harus dilakukan untuk model ini adalah:
Ć¼ Membagi
aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran dividen
yang ‘fantastis’, dan (b) aliran dividen dengan pertumbuhan yang konstan.
Ć¼ Menghitung
nilai sekarang dari aliran dividen yang fantastis.
Ć¼ Menghitung
nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode pertumbuhan konstan.
Ć¼ Menjumlahkan
hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian perhitungan aliran dividen
Ć Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan ini disebut juga
dengan pendekatan multipler, dimana investor akan menghitung berapa kali
(multipler) nilai earning yang tercermin dalam harga sutu saham. Dengan kata
lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan. PER
juga mencerminkan berapa rupiahkah yang harus dibayarkan investor saham untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan.
Pendekatan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PER = Harga
Perlembar Saham
Earning PerLembar Saham
|
EarningPer Lembar
= EarningPerusahaan
Jumlah
saham yang beredar
|
Ć Pendekatan
Penilaian Saham Lainnya
a. Rasio Harga/ Nilai Buku
Hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham dapat
dipakai untuk menentukan nilai saham. Karena secara teoritis nilai
pasar suatu saham harus mencerminkan nilai bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku banyak
digunakan untuk menilai saham-saham sektor perbankan.
13
|
Hasil
penelitian menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku
yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi
dibanding saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi.
b. Rasio Harga/Aliran Kas
Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan,
bukannya earning perusahaan. Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa
menggunakan informasi rasio harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi
PER, karena data aliran kas perusahaan bisa memberikan pemahaman yang lebih
mendalam bagi investor tentang perubahan nilai saham yang akan terjadi.
c. Economic Value Added (EVA)
EVA digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen
baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan
tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.
Bagian B
Strategi Portolio Saham
Ada dua strategi yang dapat di
lakukan investor dalam pembentukan portofolio saham yaitu :
1. Strategi Pasif
Dalam konsep pasar modal yang
efisien di katakan bahwa jika pasar benar-benar efisien tidak akan ada satu
investor pun yang bisa memperoleh return abnormal di atas return pasar. Konsep
tersebut menghasilkan strategi pasif dalam portofolio saham. Dalam strategi
pasif ini investor percaya bahwa harga pasar yang terjadi adalah harga yang
mencerminkan nilai intrinsic saham tersebut. Oleh karenanya, investor tidak
akan berusaha untul secara aktif melakukan tindakan perdagangan saham yang bisa
memberikan return abnormal. Strategi pasif bisa juga diartikan
sebagai tindakan investor dalam membentuk portofolio saham yang merupakan
replikasi kinerja indeks pasar. Dengan demikian, tujuan strategi pasif adalah
untuk mengikuti kinerja indeks pasar sedekat mungkin.
Strategi yang dipakai dalam
strategi pasif portofolio saham meliputi strategi beli dan simpan (buy and hold strategy) dan strategi mengikuti
indeks (indexing strategy).
Berikut ini dua strategi yang biasanya dipakai dalam strategi pasif portofolio
saham.[5][1]
a. Strategi beli dan simpan
Strategi ini pada dasarnya sama
dengan strategi beli dan simpan dalam portofolio obligasi. Dalam strategi ini
investor membeli sejumlah saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu
tertentu. Tujuan dilakukanya strategi ini adalah untuk menghindari biaya
transaksi dan biaya tambahan lainnya yang terlalu tinggi. Dalam hal ini,
investor percaya bahwa return yang akan diperoleh dari
penerapan strategi ini tidak akan jauh berbeda dengan return yang
diperoleh jika investor secara aktif membeli dan menjual saham. Dalam strategi
ini investor sangat mempertimbangkan biaya transaksi dan biaya dalam melakukan
portofolio saham.
Strategi beli dan simpan bisa
dilakukan investor dalam komposisi yang terdiri dari banyak saham ataupun hanya
beberapa jenis saham. Meskipun demikian investor tetap harus melakukan
pemilihan terhadap saham-saham tertentu yang akan dimasukkan dalam
portofolionya. Hal terpenting disini adalah bahwa komposisi tersebut akan bisa
diterima sepanjang komposisi saham-saham tersebut mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat return yang diharapkan investor. Jika ternyata komposisi
yang telah dibentuk mengalami perubahan kinerja, dimana misalnya
risiko dari komposisi tersebut meningkat sedangkan return yang di harapkan
tetap sama, investor tentu perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian, seperti
mengubah komposisi awal menjadi komposisi baru sehingga sesuai dengan
preferensi investor terhadap risiko.
Kesimpulan yang bisa di tarik
dari strategi beli dan simpan ini adalah bahwa investor bukan berarti tidak
melakukan apa-apa dan hanya sekedar membeli lalu menyimpan saham yang telah di
belinya tersebut, tapi investor juga harus melakukan tindakan rasional dalam
berinvestasi. Investor harus pintar-pintar memilih saham yang akan dimasukkan
dalam investasinya, lalu melakukan penyesuaian jika diperlukan. di samping itu,
hasil yang di peroleh dari strategi beli dan simpan ini tentunya harus
diinvestasikan kembali untuk meningkatkkan kemakmuran investor. [6][2]
b. Strategi mengikuti indeks
Strategi ini alam praktiknya
bisa di gambarkan sebagai pembeli instrument reksadana atau dana pension oleh
investor. Strategi investor seperti ini bisa dikategorikan strategi pasif.
Dengan membeli instrument reksadana, investor berharap bahwa kinerja
investasinya pada kumpulan saham-saham dalam instrument reksadana sudah
merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar. Dengan kata lain, investor
berharap akan memperoleh return yang sebanding dengan return pasar. Membeli
reksadana juga akan memberikan keuntungan bagi investor karena biaya transaksi,
biaya pencarian informasi, dan komisi konsultasi analis menjadi lebih rendah.
Dalam hal ini investor hanya membeli instrument reksadana, dan tinggal menunggu
return dari reksadana yang telah dibelinya.
2. Strategi Aktif
Pada dasarnya semua investor
menginginkan return yang seringgi-tingginya dari suatu investasi yang
dilakukan. Dengan demikian investor akan selalu mencari jalan agar memperoleh
keuntungan yang lebih tinggi di banding biaya yang harus di tanggungnya. Dalam
investasi portofolio saham dengan strategi aktif, berbagai cara akan dilakukan
investor untuk memperoleh return yang sebanding atau melebihi return pasar.
Tujuan strategi aktif adalah
mencapai return portofolio saham yang melebihi return portofolio saham yang di
peroleh melalui strategi pasif. Dengan kata lain investor akan berusaha
memperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding return yang diperoleh sesame investor
lainnya. Mereka secara proaktif mencari informasi tambahan, meningkatkan
kemampuan mereka dalam menganalisis informasi-informasi yang mempengaruhi
kinerja saham, bahkan tidak jarang ada yang berani membayar mahal untuk jasa
konsultasi analis saham yang terbaik. Semuanya dilakukan untuk meningkatkan
return yang di harapkan investor. Berikut ini tiga strategi yang
biasanya di pakai investor dalam menjalankan strategi aktif portofolio saham.
a. Pemilihan saham
Strategi ini merupakan strategi
yang paling banyak digunakan dan paling rasional. Dalam hal ini investor secara
aktif melakukan anlisis dan pemilihan saham-saham terbaik yaitu saham yang
memberikan hubungan tingkat return-resiko yang terbaik disbanding alternative
lainnya. Pemilihan tersebut dilakukan dengan berdasar pada analisis fundamental
guna mengetahui prospek saham tersebut di masa datang. Dalam hal ini mereka
percaya bahwa tindakan aktif yang mereka lakukan akan memberikan return yang
lebih besar dibanding investor lainnya yang hanya mengandalkan
strategi investasinya pasa strategi pasif.
Seberapa pentingkah pemilihan
saham bagi investor? Investor bisa melakukan diversifikasi dengan dua cara
yaitu random (naif), maupun dengan cara Markowitz. Artinya, investor bisa saja
memilih secara acak tanpa dianalisis terlebih dahulu, akan tetapi manfaat
pengurangan risiko dari cara acak ini tidak akan seoptimal jika pemilihan
dilakukan dengan model Markowitz. Dengan memilih saham-saham terbaik dan
memasukkan saham tersebut dalam portofolio, berarti investor akan memperoleh
manfaat pengurangan resiko dari tindakan diversifikasi saham. Tindakan ini juga
diharapkan bisa meningkatkan return yang diharapkan investor. [7][3]
Dalam memilih saham-saham
terbaik (superior), investor bisa melakukan analisis secara individual ataupun
dengan memanfaatkan jasa konsultasi analis saham. Jika investor mempunyai akses
informasi yang baik dan kemampuan yang baik untuk menganalisis saham dan
memilih saham, investor bisa melakukan pemilihan saham secara individual.
Tetapi adakalanya investor lebih menyukai menggunakan jasa analis saham
professional untuk memperoleh nasihat dan rekomendasi keputusan terbaik tentang
saham apa saja yang harus di pilih dan tindakan apa yang harus dilakukan
terhadap saham tersebut. Konsekuensinya adalah investor harus mengeluarkan
sejumlah biaya seperti komisi jasa konsultasi atau biaya atas informasi
tertentu. Tentu saja investor akan mengharapkan return yang lebih
besar sebagai kompensasi yang setimpal atas biaya yang telah
dikeluarkanya.
b. Rotasi sektor
Strategi ini biasanya dilakukan
oleh investor yang berinvestasi pada saham-saham di dalam negri saja. Dalam hal
ini investor bisa melakukan dua cara :
1. Melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang bergerak pada
sektor tertentu untuk mengantisipasi perubahan siklis ekonomi di kemudian hari.
Hal ini dilakukan jika investor yakin bahwa suatu saham pada
sektor tertentu akan memberikan return yang lebih tinggi disbanding
return pasar.
2. Melakukan modifikasi atau perubahan terhadap bobot portofolio
saham-saham pada sektor industry yang berbeda-beda, untuk mengantisipasi
perubahan siklis ekonomi, pertumbuhan dan nilai saham perusahaan. Investor
akan meningkatkan bobot portofolionya pada saham-saham sektor
industry yang berprospek cerah di masa datang dan akan mengurangi bobot
portofolionya pada saham sektor industry yang berprospek kurang baik.
Reilly dan brown (1997), mengkategorikan saham-saham per sektor
industry menjadi lima, yaitu :
1. Saham-saham sektor financial (financial stocks excel)
2. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama (consumer durables excel)
3. Saham-saham sektor barang modal (capital goods excel)
4. Saham-saham sektor industry dasar (basic industries excel)
5. Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok (consumer staples excel)
Dalam strategi rotasi sektor,
investor biasanya membeli saham-saham pada suatu sektor atau industry tertentu
yang diperkirakan akan mengalami peingkatan nilai melebihi return pasar. Dalam
hal ini, investor melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan
peningkatan harga saham-saham pada sektor industry tertentu akibat dampak
siklis ekonomi.
Sebagai contoh, misalnya
investor mempertimbangkan untuk membeli saham-saham sektor financial. Salah
satu karakteristik saham sektor finansial adalah kepekaanya terhadap
perubahan suku bunga, dimana harga saham sektor financial akan berhubungan
terbalik dengan tingkat bunga. Artinya, jika tingkat bunga mengalami
peningkatan, maka harga saham sektor ini justru akan turun. Kondisi ini dalam
gambaran siklis ekonomi biasanya terjadi pada perekonomian yang mulai memasuki siklis
menurun. Pada situasi seperti ini suku bunga biasanya akan meningkat dan
berakibat pada menurunya harga saham sektor financial. Dengan demikian investor
yang cerdik akan membeli saham sektor tersebut, karena harganya relative
rendah. Hal ini dilakukan dengan harapan jika tingkat suku bunga sudah mulai
menurun, maka perusahaan sektor financial (misalnya bank, perusahaan simpam
pinjam atau perusahaan sekuritas) akan mengalami peningkatan earning dan hal ini akan mengakibatkan
harga sehamnya meningkat.
Keberhasilan penerapan
strategi rotasi ini sangat tergantung dari kemampuan investor untuk
memahami kondisi ekonomi yang sedang terjadi dan juga kemampuan untuk
meramalkan kondisi yang akan terjadi. Pemahaman dan pengetahuan yang baik
tentang siklis ekonomi akan sangat membantu efektivitas penerapan strategi ini,
karena kunci strategi ini adalah bagaimana investor bisa mengantisipasi
perubahan kondisi ekonomi yang terjadi dan mengambil manfaat dari perubahan
tersebut.
c. Strategi momentum harga
Ide dasar dari strategi ini
adalah adanya kenyataan bahwa pada waktu-waktu tertentu harga pasar saham akan
merefleksikan pergerakan earning ataupun pertumbuhan perusahaan. Dalam strategi ini investor akan
mencari momentum atau waktu yang tepat, pada saat perubahan harga yang terjadi
bisa memberikan keuntungan bagi investor melalui tindakan menjual atau membeli
saham.
Berbagai tekhnik untuk mencari
momentum yang tepat dalam portofolio saham bisa dilakukan. Salah satunya adalah
dengan membuat peta (charf) pergerakan harga saham selama beberapa waktu untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada harga saham tersebut di kemudian hari.
Jika harga-harga saham diperkirakan akan meningkat, maka investor akan
meningkat bobot portofolionnya pada investasi portofolio saham. Investor akan
menginvestasikan uang yang dimilikinya pada portofolio saham karena lebih
menguntungkan disbanding alternative lainnya. Demikian pula sebaliknya, jika
diperkirakan harga saham akan menurun maka invesitor akan memindahkan
investasinya dari portfolio saham ke alternative investasi lainnya.
Berbagai tekhnik kuantitatif
yang lebih canggih dengan penggunaan teknologi computer sudah mulai
dipergunakan untuk menentukan waktu yang paling tepat untuk membeli dan menjual
saham. Data-data yang telah terjadi (ex-post data) dipakai untuk mencari pola
pergerakan saham dan mencari hubungan sebab akibat antara satu peristiwa dengan
peristiwa lainnya. Tetapi, penggunaan teknologi computer ini pun sebenarnya
masih mengandung kelemahan sehubungan dengan penggunaan data-data historis.
Menggunakan data-data historis yang telah terjadi untuk meramalkan kejadian
dimasa datang secara implisit menganggap bahwa apa yang telah terjadi di masa
lalu akan sama dengan yang akan terjadi dimasa datang.
Dalam kenyataannya, strategi
penentuan momentum harga saham merupakan isu yang masih
kontroversial. Strategi ini memang popular digunakan oleh para praktisi, tetapi
pertanyaanya adalah seberapa akurat metode ini mampu meramalkan apa yang akan
terjadi di kemudian hari. Bagi kalangan akademisi, fenomena seperti ini sangat
menarik untuk dipelajari dan sangat perlu dilakukan penelitian empiris tentang
subyek ini, untuk membuktikan apakah strategi tersebut merupakan strategi yang
layak ataukah hanya suatu kebetulan belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar