Biaya Modal (Cost of Capital)
Capital
Budgeting dan Cost of Capital (CoC)
merupakan dua konsep yang saling berkaitan. Kita tidak bida menentukan besarnya cost
of capital jika tidak mengetahui besaran capital budget, dan sebaliknya, kita tidak bisa menentukan jumlah capital budget jika tidak tahu nilai cost of capital. Dengan demikian, jika
manajer keuangan ingin memaksimalkan nilai perusahaan, maka biaya modal dan
capital budgeting harus ditentukan secara simultan. Demikian pula, dalam
pembahasan bab-bab selanjutnya akan lebih jelas bahwa infornasi tentang biaya
modal dibutuhkan pada saat perusahaan memutuskan untuk melakukan leasing dan pendanaan kembali obligasi (bond refunding).
Biaya modal adalah biaya riil yang harus ditanggung perusahaan
karena digunakannya modal yang digunakan untuk berinvestasi. Karena sifatnya
sebagai biaya, maka biaya modal juga diartikan sebagai batas minimum tingkat
hasil yang harus dicapai perusahaan (minimum
required rate of return) agar perusahaan tidak dinyatakan merugi.
Perhitungan biaya modal secara keseluruhan (overall cost of capital) bertujuan
utamanya untuk menentukan biaya modal dalam hal penganggaran modal (capital budgeting). Konsep ini mengarah
pada Weighted Average Cost of Capital
(WACC), yaitu batas untuk mengevaluasi apakah proyek-proyek memiliki
tingkat pengembalian yang lebih baik. Dari namanya, WACC merupakan biaya modal
tertimbang dari berbagai sumber modal sesuai dengan komposisi masing-masing.
Dengan demikian, rumus dari WACC adalah :

WACC =
= w1k1 + w2k2 + ….+ wnkn
Dimana wi adalah bobot atau bagian (dalam persentase) dari tiap komponen
sumber modal; ki adalah biaya modal dari komponen sumber modal dan n adalah
jumlah variasi atau ragam sumber modal yang digunakan oleh perusahaan.
Singkatnya, perhitungan WACC sangat terkait dengan pertimbangan bagaimana suatu
proyek didanai, atau dengan kata lain, dari sumber pendanaan atau keuangan apa
sajakah modal itu berasal.
Untuk mengestimasikan WACC, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah memutuskan tipe modal yang mana yang digunakan. Mengingat CoC utamanya
digunakan dalam proses pembuatan keputusan investasi jangka panjang, fokus
pembahasan adalah pada perhitungan CoC yang digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam hal capital budgeting.
Asumsi yang berlaku dalam
|
Rumus
secara short cut yang digunakan untuk menghitung biaya hutang ki itu
sendiri adalah:
|
pembahasan
investasi jangka panjang adalah sumber modal yang bersifat jangka pendek,
digunakan untuk menunjang jalannya operasi perusahaan. Dengan kata lain,
perusahaan umumnya menggunakan short-term
liabilities sebagai sumber dana bagi working
capital yang bersifat siklus atau musiman.
Dengan demikian, hutang jangka pendek tidak termasuk dalam
perhitungan CoC yang digunakan dalam konteks capital budgeting, dan mempertimbangkan penggunaan long-term debt, saham preferen dan modal
sendiri (saham biasa plus laba ditahan) sebagai sumber utama modal bagi
kepentingan ekspansi. Jadi sumber modal jangka panjang itulah yang termasuk
dalam perhitungan WACC. Untuk itu, untuk menentukan WACC perlu perhitungan
biaya modal masing-masing sumber modal secara individual.
Cost
of Debt (kd)
Dalam
periode awal atau tahap perencanaan, manajer keuangan harus mengetahui dengan
tepat tipe dan jumlah hutang jangka panjang (debt) yang akan digunakan untuk mendanai proyek dalam capital budgeting. Tipe hutang akan sangat ditentukan oleh asset yang akan
didanai serta kondisi pasar modal
dalam satu periode. Dengan demikian, manajer keuangan diharapkan mampu memahami
tipe hutang yang cocok dengan bidang usaha perusahaan.
Biaya
hutang setelah pajak (kd) dihitung dengan formula ki(1-t) untuk
mencerminkan tingkat bunga atas hutang dikurangi dengan penghematan pajak yang
timbul karena pembayaran bunga (pembayaran bunga bersifat mengurangi pajak)
atau dengan kata lain biaya bunga obligasi didasarkan pada prinsip after tax basis. Dikatakan penghematan
pajak karena logika yang digambarkan dari persamaan di bawah ini.
Biaya hutang setelah pajak (kd) = Tingkat bunga atas
hutang – penghematan pajak = ki – ( kd.t )

= ki ( 1 - t )

Dimana:
ki = biaya bunga sebelum pajak
ki
= Nnominal = Nilai nominal obligasi (par value)
Nbersih =
Nilai bersih (net proceed penjualan
obligasi)
n = umur obligasi
PT
Jaya mengeluarkan obligasi dengan nilai nominal per lembar $1.000, coupon rate
8% umur 20 tahun. Penerimaan bersih dari penjualan obligasi adalah $ 940.
Tingkat pajak 30%. Besarnya biaya modal atas obligasi tersebut adalah:
kd
= 8,56 % (1
– 0,3) = 5,992%

ki
=
|
= 8,56%
|
Selain
menggunakan rumus di atas, dapat juga menggunakan metode interpolasi karena
pada dasarnya perhitungan ini sama dengan mencari tingkat bunga efektif, yaitu
tingkat bunga dimana present value dari pembayaran bunga per tahun plus nilai
nominal/pokok obligasi sama dengan present value tingkat penerimaan.
PVbunga + pokok obligasi = PVpenerimaan
bersih

Dengan demikian perhitungan besarnya
tingkat bunga efektif adalah:
|
80
|
|
80
|
|
80
|
1000
|
|
|
||||
940 =
|
|
+
|
|
|
+........+
|
|
+
|
|
|
|
||
(1+r)1
|
|
(1+r)2
|
(1+r)20
|
(1+r)20
|
|
|||||||
Dengan coupon rate 9%
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
1.
|
PV Tingkat bunga
|
=
|
80 [ PVIFA 9%; 20 tahun ]
|
= 730,284
|
||||||||
2.
|
PV Pokok obligasi
|
=
|
1000 [ PVIF 9%; 20 tahun]
|
= 178,430
|
||||||||
|
|
|
|
Jadi
nilai sekarang obligasi + bunga
|
= 908,715
|
|||||||
Metode interpolasi:
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
8%
|
|
|
|
|
1000
|
1000
|
|
|
|||
|
sesungguhnya
|
|
940
|
|
|
|
|
|||||
|
9%
|
|
|
|
|
|
|
908,715
|
|

selisih
|
60
|
91,285
|
||
Jadi ki adalah = 8% +
|
60
|
|
=
8, 657%
|
|
91,285
|
|
|||

Sehingga kd = 8, 657% (1 – 0,3) = 6,06 %
Cost
of Preferred Stock (kp)
Sejumlah
perusahaan menggunakan saham prioritas sebagai bagian dari permanent financing mix mereka. Untuk menghitung biayanya, data
utama yang digunakan adalah berapa besarnya deviden saham preferen. Karena
deviden ini tidak mengurangi pajak (non
tax deductible), atau pembayaran dilakukan setelah pajak, maka tidak ada
penyesuaian terhadap pajak (tax
adjustment) dalam menghitung biaya modal saham preferen, sebagaimana
dilakukan penyesuaian pajak terhadap biaya
modal
obligasi. Biaya modal saham preferen dihitung dengan cara membagi deviden saham
preferen per tahun (dp) dengan
keuntungan bersih penjualan saham preferen.

kp=
Contoh
Saham
preferen PT Jaya bernilai nominal $100 per lembar dengan deviden 7%. Biaya
penjualan saham 1% atau $1 per lembar. Saham dijual dengan harga $98 per
lembar. Perhitungan biaya modal
saham preferen adalah:
kp=
7,22%

Cost
of Common Stock (ke)
Perusahaan dapat meningkatkan modal
saham melalui dua cara, yaitu dengan menahan laba dan
kedua, menerbitkan saham biasa baru.
Jika ekspansi perusahaan berlangsung secara cepat hingga
laba ditahan sudah digunakan
seluruhnya, perusahaan akan menerbitkan saham baru. Jika demikian,
saham biasa akan memiliki biaya modal yang lebih tinggi dibandingkan laba ditahan, karena
melibatkan adanya biaya emisi (flotation cost). Adanya biaya emisi akan
memperkecil jumlah rupiah
yang dapat digunakan dari penjualan
saham biasa, dan akibatnya akan memperbesar biaya modal.
Berikut ini adalah formula untuk
menghitung biaya modal dari saham biasa.
Jika tidak melakukan emisi saham baru
ke=
|
Dimana D
|
= Deviden
|
p
|
= harga /lembar saham (price)
|
|
|
g
|
= tingkat
pertumbuhan (growth)
|

Jika melakukan emisi saham baru
ke (dalam
rupiah) =
ke (dalam persentase) =
Sementara :
g =
Contoh
Dimana D = Deviden

p
= harga /lembar saham (price)
g = tingkat pertumbuhan (growth) f =
biaya emisi (flotation cost)
Dimana
Pn = deviden
pada tahun n P0 = deviden tahun awal
g
= tingkat pertumbuhan (growth)
n = tahun
Harga saham PT Jaya dijual $100 per lembar. Pembayaran deviden
tahun 2000 sebesar $5 per lembar dan di tahun 2005 diperkirakan dapat dibayar
sejumlah $8 per lembar saham. Biaya emisi atau flotation cost $10 per lembar
saham.
Hitunglah biaya modal saham biasa jika:
a). Tidak dilakukan emisi saham baru
b). Perusahaan mengeluarkan saham baru
c). Perusahaan tidak mengemisi saham baru
dan pertumbuhan nol.
Cost
of Retained Earning (kr)
Seperti
halnya biaya hutang, saham preferen serta saham biasa, biaya modal untuk laba
ditahan didasarkan pada tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atau
diinginkan oleh investor atas sekuritas yang dimilikinya. Jadi biaya modal
untuk laba di tahan sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan pemegang
saham atas modal ekuitas yang bersumber pada laba ditahan.
Mengapa
pada laba ditahan diperhitungkan pula biayanya? Alasannya adalah prinsip opportunity cost. Laba perusahaan
setelah pajak pada dasarnya adalah hak pemegang saham. Pemegang obligasi
mendapat imbalan dari pembayaran bunga, sementara pemegang saham preferen mendapat
deviden preferen. Akan tetapi laba setelah pajak dan deviden preferen merupakan
hak pemegang saham biasa atas modal yang investor tanamkan. Manajemen memiliki
pilihan untuk membagikan laba tersebut sebagai deviden atau menahannya untuk
diinvestasikan kembali dalam bisnis. Jika manajemen memutuskan untuk menahan
laba tersebut, maka terdapat biaya oportunitas (dibandingkan dengan jika laba
dibagi dalam bentuk deviden), karena akan terbuka kesempatan bagi pemegang
saham untuk mendapatkan laba dari tambahan investasi. Jadi, atas dana tersebut
perusahaan harus menghasilkan laba sekurang-kurangnya sebesar tingkat
pengembalian yang bisa diperoleh pemegang saham dari alternative investasinya
dengan tingkat risiko yang sebanding.
Rumus yang
digunakan untuk menghitung biaya modal untuk laba ditahan sama halnya dengan
rumus perhitungan biaya modal saham biasa, yaitu:

kr=
Weighted
Average Cost of Capital (WACC)
Setiap
perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal, yaitu bauran atau perpaduan
hutang, saham preferen dan saham biasa yang dapat memaksimumkan harga saham
perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan akan berusaha menambah modal baru tanpa
mengganggu keseimbangan struktur modal tersebut. Misalnya struktur modal PT
Jaya yang dianggap optimal adalah :
Sumber
Modal
|
Komposisi
|
Biaya modal
|
Obligasi
|
25%
|
15%
|
Saham Preferen
|
15%
|
10%
|
Saham Biasa
|
60%
|
9%
|
Dengan tingkat pajak 40% maka WACC PT
Jaya adalah :
WACC = 0,25(15%)(0,6) + 0,15(10%) + 0,60(9%)

= 9,15%
Setiap
tambahan satu rupiah pada modal PT Jaya, akan terdiri dari 25 sen obligasi
dengan biaya setelah pajak 9%, 15 sen saham preferen dengan biaya 10%, dan 60
sen saham biasa dengan biaya 9%. Dan, biaya rata-rata dari setiap rupiah, atau
WACC, adalah 9,15%.
Weighted
Marginal Cost of Capital (WMCC)
Biaya
marginal diartikan sebagai biaya untuk setiap unit tambahan. Jika perusahaan
terus berupaya menambah modalnya, maka setelah mencapai tahap tertentu biaya
dari setiap rupiah akan naik. Biaya marginal (WMCC) didefinisikan sebagai biaya
dari setiap tambahan 1 rupiah dolar terakhir ke dalam modal perusahaan. Biaya
marginal akan meningkat bila penambahan modal berlangsung terus menerus selama
periode tertentu.
Dari
kasus PT Jaya di atas, perusahaan tidak dapat menambah modal baru hingga tak
terbatas dengan mempertahankan biaya modal tetap pada 9,15%. Sejalan dengan
adanya ekspansi, perusahaan membutuhkan tambahan modal sehingga perusahaan akan
makin besar pada suatu periode. Dalam kondisi ini, biaya modal hutang dan saham
mulai meningkat dan dampaknya adalah peningkatan WACC.
Pada
titik atau dalam batas tambahan modal berapakah akan terjadi kenaikan biaya
modal ini? Misal, PT Jaya membutuhkan dana untuk investasi pada beberapa proyek
sebesar $1.000.000. Modal baru ini awalnya dimaksudkan untuk tetap menjaga
bauran komposisi modal. Jadi perusahaan akan membutuhkan hutang sejumlah
$250.000, $150.000 modal dari saham preferen dan $600.000 dari saham biasa.
Modal saham baru ini berasal dari dua sumber, yaitu bagian dari profit yang
ditahan oleh manajemen (tidak dibagikan dalam bentuk deviden, dan penjualan
saham biasa baru (karena laba ditahan periode lalu telah diinvestasikan pada
pabrik, peralatan dan sebagainya.
Berdasarkan
data PT Jaya di atas, maka pada hutang akan dikenakan biaya bunga setelah pajak
sebesar 9%, sementara saham preferen berbiaya 10%. Biaya saham biasa adalah
sebesar kr selama
modal saham biasa seluruhnya berasal dari laba ditahan, tetapi
biaya saham biasa menjadi ke jika perusahaan telah menggunakan seluruh laba ditahan dan
kemudian harus menjual saham baru. Jadi jika seluruh laba ditahan PT Jaya telah
habis dipakai sehingga tidak mencukupi untuk investasi baru, PT Jaya harus
mengeluarkan saham baru untuk menjaga struktur modal pada posisi sekarang ini.
Jika
flotation cost untuk penjualan saham biasa baru yang bernilai $100 adalah 10%
dan tingkat pertumbuhan deviden 1,12% sehingga akan dibayarkan deviden tahun
ini sebesar $8 per lembar saham, maka perhitungan biaya modal untuk saham biasa
adalah:

ke = %
Dengan
demikian, biaya modal untuk saham biasa eksternal ini naik dari 9% menjadi 10%
dan peningkatan ini akan menyebabkan kenaikan WACC dari 9,15% menjadi 9,75%:
WACC baru =
0,25(15%)(0,6) + 0,15(10%) + 0,60(10%)

= 9,75%
Pada
jumlah modal berapakah CoC akan naik dari 9% menjadi 10% dan menyebabkan WACC
naik dari 9,15% menjadi 9,75%? Jika perusahaan memperkirakan akan memperoleh
laba $ 300.000 dan manajemen memutuskan untuk tidak membagi deviden, maka
tambahan modal dari laba ditahan adalah $300.000. Dengan modal berasal dari
laba ditahan $300.000, berapakah modal tambahan yang harus didapat dari hutang
dan saham preferen? Dalam hal ini, perusahaan mencari jumlah X yang disebut breaking point (titik patahan) yang
menunjukkan total jumlah pendanaan yang dapat dilakukan sebelum PT Jaya mengemisi
saham baru. Maka total kebutuhan dana adalah:
Laba ditahan = 0,6 (Total capital) =
$300.000

X =
Jadi
total pendanaan dimana seluruh laba ditahan telah habis digunakan untuk
investasi adalah $500.000. Dengan kata lain, PT Jaya dapat menambah modal
hingga $500.000 yang terdiri dari laba ditahan $300.000, hutang $150.000 dan
saham preferen $50.000 tanpa mengubah struktur modalnya.
Sumber
Modal
|
Jumlah
|
Komposisi
|
Obligasi
|
$125.000
|
25%
|
Saham Preferen
|
75.000
|
15%
|
Penggunaan Laba ditahan
|
300.000
|
60%
|
Total ekspansi yang didukung oleh
Laba Ditahan
|
$500.000
|
100%
|

Tetapi,
jika kebutuhan tambahan modal untuk investasi PT Jaya lebih besar dari laba
ditahan $300.000, maka PT Jaya terpaksa akan menjual saham baru. Jika ini
terjadi, maka WACC PT Jaya akan naik menjadi 9,75% karena adanya kenaikan CoC
dari saham biasa yaitu dari 9% menjadi 10%.
Penggunaan
Schedule WMCC dalam Capital Budgeting
Sebagaimana
telah disebutkan pada awal pembahasan, biaya modal adalah kunci penting dalam
proses capital budgeting. Salah
satunya adalah dengan menggabungkan kurva atau skedul WMCC dengan Investment Opportunity Schedule (IOS)
yang menunjukkan rate of return yang diharapkan dari setiap kesempatan
investasi (proyek). Analis keuangan perlu menghitung expected rate of return dari tiap proyek dan kemudian
menggabungkannya dengan skedul WMCC. Dalam hal ini, WMCC skedul digunakan
sebagai cut off rate untuk menentukan proyek mana yang layak untuk dilaksanakan
atau tidak. Selama RoR proyek lebih besar dari pada CoC, beberapa proyek
sekaligus dengan karakter independent
projects dapat dijalankan seluruhnya.
Contoh
PT Jaya berencana membiayai beberapa
proyek investasi yaitu:
Proyek
|
I0
|
IRR
|
A
|
$ 3.000.000
|
11%
|
B
|
4.000.000
|
10%
|
C
|
2.000.000
|
8%
|
Untuk
membiayai proyek, perusahaan membutuhkan tambahan dana. Laba ditahan
diperkirakan sebesar $ 3.250.000. Komposisi modal optimum perusahaan adalah 60%
obligasi dan 40% saham biasa. Nilai nominal obligasi $10.000/lembar, umur 20
tahun, coupon rate 8,5% dijual dengan biaya $400 per lembar. Saham biasa
bernilai nominal $100/lembar dijual dengan biaya emisi 7% per lembar
diperkirakan laku pada harga $97/lembar. Pembayaran deviden 3 tahun lalu $6,25
dan tahun ini akan dibayar $7,25. Tingkat pajak 30%. Proyek manakah yang layak
untuk didanai?
Biaya modal obligasi
|
=
|
850
|
|
|
|
|
|||||||
i
|
= 8,5% x 10.000
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
850 +
|
(10.000 − 9.600)
|
|
|
870
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
ki
|
=
|
|
20
|
|
|
|
|
=
|
= 0, 0887
|
||||
(10.000 + 9.600)
|
|
|
9.800
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
kd
|
=
|
0,0887
(1-0,3)
|
|
=
|
0,06214 atau 6,214%
|
||||||||
g
= 3
7,256,25 −1 = 5,07%




jadi ke = 7,2597 +
5,07
= 12,54%

Biaya modal saham biasa (jika
mengeluarkan saham baru)
7,25
ke = 97(1 − 0,07) + 5,07 = 13,1%

Tidak ada komentar:
Posting Komentar