KONTEN 2
A. Pembebanan Biaya dengan Penelusuran
Langsung
Biaya (cost) kas dan
setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa
yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa depan. Biaya
juga bisa disebut sejumlah uang yang dikeluarkan (atau dapat berbentuk utang)
untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan barang atau jasa.
Biaya yang beum dimanfaatkan akan dikelompokkan menjadi asset. Beban (expenses)
ialah pengeluaran untuk mendapatkan pendapatan pada suatu periode
tertentu.(Darsono : 2005 : 45)
Penelusuran langsung
merupakan proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan dengan
objek biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan objek biaya. Sistem
pembebana biaya dalam suatu perusahaan dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Biaya Historis
Adalah biaya dengan
biaya sesungguhnya. Dalam cara ini biaya produksi dibebankan sesudah bahannya
di olah di dalam pabrik.
b. Biaya yang dihitung dimuka
Adalah pembebanan biaya
dengan tafsiran biaya. Dalam cara ini pembebanan dapat dilakukan sebelum proses
produksi dilakukan. (Laksmana, 2010 : P.4)
B. Pembebanan Biaya dengan Penelusuran
Penggerak (driver tracing)
Penelusuran penggerak
(driver tracing) adalah penggunaan penggerak untuk membebankan biaya pada objek
biaya. Di dalam konteks pembebanan biaya, penggerak adalah faktor penyebab yang
dapat diamati dan faktor penyebab yang mengukur konsumsi sumber daya objek
biaya. Oleh sebab itu, penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam
penggunaan sumber daya dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan biaya yang
berhubungan dengan objek biaya Penulusuran penggerak biasanya kurang akurat
dibandingkan dengan penulusuran langsung. Diperkirakan tingkat keakuratan
penelusuran penggerak ini akan lebih tinggi jika hubungan sebab akibatnya kuat.
(Hansen Mowen, 2006 : 51)
Sistem akuntansi
manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas, yang
disebut sebagai objek biaya. Objek biaya dapat berupa produk, pelanggan,
Departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya yang diukur biayanya dan
dibebankan. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas muncul sebagai objek biaya
yang penting. Aktivitas adalah orang-orang dan/atau peralatan yang melakukan
kerja dalam sebuah organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai suatu
pengumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manajer
untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas
juga memiliki peran utama dalam pembebanan biaya untuk objek biaya lainnya.
C. Pembebanan Biaya dengan Metode Alokasi
Alokasi Biaya alasan
mengalokasikan biaya bersama terhadap produk bersama adalah untuk menghitung
harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan
internal, menilai persediaan untuk tujuan asuransi, menentukan nilai persediaan
jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak, biaya bahan yang
hancur, menentukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja
eksekutif. (Bustami, 2006 : 178)
Menurut Mursyidi
dalam Moniaga (2014 : p.3) menyatakan ada empat metode cara alokasi biaya
bersama yaitu:
1. Metode Nilai Jual Relatif atau Harga
Pasar
Metode ini biaya
bersama dialokasikan ke masing-masing jenis produk atas dasar total nilai jual
masing-masing produk. Oleh karena itu metode ini hanya dapat digunakan apabila
harga jual masing-masing jenis produk dapat ditentukan atau diketahui sebelum
produk tersebut dijual. Harga jual produk bersama terkadang sudah dapat
ditentukan pada saat titik pisah, namun dapat ditentukan setelah dilakukan
proses lebih lanjut. Rumus metode nilai jual relative atau harga pasar adalah:
x 100% x Biaya Produksi
2. Metode Rata-rata Biaya Satuan
Alokasi biaya bersama
dengan metode rata-rata biaya satuan dapat digunakan apabila berbagai jenis
produk dapat dihasilkan dalam satu proses produksi yang sama dan mempunyai
ukuran yang sama atau dapat dipersamakan.
3. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata
biaya per satuan sering tidak dapat memecahkan masalah kesesuaian pembebanan
biaya per satuan, karena untuk semua jenis produk dengan kualitas yang berbeda
akan dibebani dengan biaya per satuan yang sama, padahal perbedaan jenis produk
secara individual sangat mencolok. Untuk kasus ini maka ini maka diperlukan
suatu ukuran tertentu untuk dapat mempersamakan kadar dari produk-produk yang
dihasilkan. Ukuran ini dikatakan sebagai angka penimbang.
4. Metode Satuan Fisik
Metode satuan fisik
hanya dapat dipergunakan sebagai dasar alokasi biaya bersama jika produk yang
dihasilkan mempunyai ukuran yang sama misalnya pon, gallon, dan ton. Jika tidak
mempunyai ukuran yang sama, maka harus dicari koefisien ekuivalensinya untuk
menentukan ukuran produk-produk yang dihasilkan menjadi ukuran yang sama. Metode
ini sangat tepat digunakan pada perusahaan yang mengeksploitasi sumber alam,
misalnya tambang batu bara, minyak dan gas.
D. Harga Pokok Produk dan Jasa
1. Pengertian Harga Produk dan Jasa
Harga pokok produksi
adalah biaya barang yang telah diselesaikan selama satu periode disebut juga harga pokok produksi
barang selesai (cost of good manufactured) atau disingkat dengan harga pokok
produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam
proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Keluaran
(ouput) organisasi merupakan salah satu objek biaya terpenting.Ada dua jenis
keluaran, yaitu produk berwujud dan jasa .Produk berwujud (tangible product)
adalah barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan
tenaga kerja dan masukan (input)modal, seperti pabrik, lahan, dan
mesin.Televisi, hamburget, mobil, komputer, pakaian, dan perabotan adalah
contoh produk berwujud.
Jasa(service) adalah
tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk pelanganan atau aktivitas yang
dijalankan oleh pelanggan dengan dengan mengunakan produk atau fasilitas
organisasi. Jasa juga diproduksi dengan mengunakan bahan, tenaga kerja, dan
masukan modal. Perlindungan akuntansi, perawatan kesehatan, perawatan gigi,
jasa pemakaman, dan akuntansi adalah contoh berbagai aktivitas jasa yang
dilakukan untuk pelangganan.
Jasa berbeda dengan
produk berwujud dalam empat dimensi penting
1. Tidak berwujud (intagibility)
2. Tidak tahan lama (perishability)
3. Tidak dapat dipisahkan (inseparabaility)
4. Tidak selalu sama (heterogenity)
Tidak berwujud
berarti pembeli jasa tidak dapat melihat, merasakan, mendengar, atau mencicipi
suatu jasa sebelum jasa tersebut dibeli. Jadi, jasa adalah produk tidak
berwujud. Tidak tahan lama berati jasa tidak dapat disimpan untuk kegunaan masa
depan oleh pelanggan. (ada beberapa kasus yang tidak umum, yaitu saat barang
barang bertidak dapat disimpan), tetapi harus dikonsumsi saat diadakan.
Meskipun jasa tidak dapat disimpan, beberapa jasa seperti operasi plastik
memberi pengaruh jangka panjang dan tidak perlu diulang oleh pelanggan
tersebut. Jasa lainnya memberi pengaruh jangka pendek dan menciptakan pelanggan
setia.Contoh jasa yang yang berulang adalah jasa rekening giro, jasa penjaga
rumah, dan pembantu.
Tidak dapat
dipisahkan berati produsen dan pembeli jasa biasanya harus melakukan kontak
langsung saat terjadi pertukaran. Akibatnya, jasa kerap tidak dapat dipisahkan
dari prodesen. Sebagai contoh, pemeriksaan mata harus menghadirkan pasien dan
dokter spesialis mata. Akan tetapi, prodesen produk tidak berwujud tidak
memerlukan kontak langsumg dengan pembeli produksi mereka. Pembeli mobil tidak
perlu melakukan kontak dengan insiyur dan pekerja perakitan yang memproduksi
m0bil mereka. Tidak selalu sama berati terdapat peluang variasi yang lebih
besar pada pelenyelengaran jasa dari pada produksi produk. Penyelengara jasa
bisa saja dipengaruhi oleh pekerjaan yang dilakukan, bauran individu lainnya
yang berkerja individu lainnya yang pekerjaan dengan mereka, pendidikan, dan
pengalaman mereka, serta faktor – faktor pribadi seperti kehidupan rumah
tangga.
Organisasi yang
membuat produk tak berwujud disebut organisasi manufaktur. Organisasi yang
memprodoksi produk tidak berwujud disebut organisasi jasa.Manajer dari kedua
jenis organisasi ini perlu mengatahui besar biaya setiap produk. Harga pokok
produk yang akurat adalah penting untuk analisis profitabilitas dan keputusan
strategi yang berkenan dengan desain produk, penetapan harga, dan bauran
produksi.Biaya setiap produk berlaku untuk produk berwujud dan tak berwujud.
Jadi, ketika membahas masalah harga pokok produk, kita mengacu pada produk
berwujud dan tidak berwujud.
2. Biaya yang Berbeda untuk Tujuan yang
Berbeda
Harga pokok produk
adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan material yang sedang. Artinya
harga poko produk tergantung pada tujuan manajeril yang sedang berusaha
dicapai. Hal ini mengilustrasikan prinsip manajemen biaya yang fundamental,
yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan ini,sebagai contoh anggap lah pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat
laba strategis.Demi mendukung tujuan ini, manajemen memerlukan informasi
tentang semua pendapat dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Pada
kasus ini, rantai nilai harga pokok produk telah sesuai karena perhitungan
semua biaya yang diperlukan untuk menilai tingkat laba strategis. Rantai nilai
internal perusahan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk
mendesain, mengembangkan, memproduksi, memasrkan, mendistribusikan dan melayani
produksi.
3. Harga Pokok Produk dan Pelaporan Keuangan
Eksternal
Salah satu tujuan
sistem manajemen biaya adalah perhitungan harga pokok produk untuk pelaporan
keungan ekternal. Dalam perhitungan harga pokok produk, konvensi yang berlaku
secara eksternal menyatakan biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus
atau fungsi yang hendak dicapai. Biaya dikelompokan dalam dua kategori
fungsional utama : produksi dan nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya yang
berkaitan dengan pembuatan barang dan penyedian jasa. Biaya nonproduksi adalah
biaya yang berkaitan dengan dengan fungsi desain, pengemambangan, pemasaran,
distribusi, layanan pelangan, dan administrasi umum. Biaya nonproduksi sering
dibagi dalam dua kategori umum biaya penjualan yang mencakup biaya pemasaran,
distribusi, dan layanan pelanganan, dan biaya administrasi yang mencakup biaya
desain, pengembangan, dan administrasi umum.
Untuk barang tak
berwujud, biaya produksi dan nonproduksi sering disebut sebagai biaya manufatur
dan nonmanufaktur. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai
bahan langsung, tenaga kerja lansung, dan overhend. Dalam pelaporan eksternal,
hanya ketiga elemen biaya ini yang dapat dibebankan pada produk.
a. Bahan Langsung
Bahan langsung adalah bahan yang dapat
diteluseri secara langsung pada barang atau jasa yang yang sedang diproduksi.
Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamataan secara
fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk.
Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam
penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. Sebagai
contoh, besi pada mobil, kayu pada perabotan, alkohol pada parfum, kain pada
jeans.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang
diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan secara fisik dapat
digunakan dalam mengukur kualitas karyawan yang terlibat dalam produksi suatu
barang dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja
langsung. Contoh dari tenaga kerja langsung adalah karyawan Blue Ribbon Baking yang
mencampurkan dan mengaduk adonan, membuat isi kue, mengisi kue, dan seterusnya.
c. Overhead
Semua biaya produksi selain biaya
langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan dalam satu kategori yang
disebut overhead. Pada perusahaan manufaktur, overhead juga dikenal sebagai
bahan pabrik atau overhead manufaktur. Kategori biaya overhead memuat berbagai
hal, selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, banyak masukan untuk
membuat produksi. Contoh di Blue Ribbon Baking mencakup penyusutan bangunan dan
peralatan, pemeliharaan, perlengkapan, pengawasan, penanganan bahan, listrik,
pajak properti, lanskap pabrik, dan keamanan pabrik.
d. Biaya Utama Dan Konversi
Kombinasi dari berbagai biaya produksi
mengarah pada konsep biaya konversi dan biaya utama. Biaya utama adalah jumlah
dari biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya konversi
adalah jumlah dari tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Untuk perusahaan
manufaktur, biaya konversi bisa diintepretasikan sebagai biaya untuk
mengonversikan bahan baku menjadi produk akhir.
e. Biaya Penjualan Dan Administrasi
Biaya non produksi terdiri atas dua
kategori umum : biaya penjualan dan biaya administrasi. Untuk pelaporan
keuangan eksternal, biaya penjualan dan administrasi disebut biaya yang tidak
dapat diinventarisasi atau biaya periode. Biaya yang tidak dapat
diinventarisasi dibebankan dalam periode waktu terjadinya. Jadi, biaya-biaya
ini tidak ada satupun yang dapat dibebankan kepada produk atau muncul sebagai
bagian dari nilai persediaan yang dilakukan pada neraca.
4. Laporan Keuangan Eksternal
Demi memenuhi
pelaporan eksternal biaya-biaya diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Ketika
menyusun laporan laba rugi, biaya produksi dipisahkan dari biaya penjualan dan
administrasi. Hal ini dilakukan karena biaya produksi dipandang sebagai harga
pokok produk sedangkan biaya penjualan dan administrasi dipandang sebagai biaya
periode. Jadi, biaya produksi yang melekat pada produk yang terjual diakui
sebagai beban (harga pokok penjualan) pada laporan laba rugi. Biaya produksi
yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai persediaan di
neraca. Beban penjualan dan adminstratif dianggap sebagai biaya periode dan
harus dikurangi setiap periode sebagai beban; hal ini tidak tampak pada neraca.
Laporan Laba Rugi
Perusahaan Manufaktur, Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi fungsional
sering disebut sebagai perhitungan pemasukan biaya absorpsi (Full Costing)
karena semua biaya manufaktur dibebankan kepada produk.
Menurut pendekatan
perhitungan biaya absorpsi, beban dipisahkan menurut fungsi, kemudian dikurangi
dari penjualan untuk menghasilkan laba sebelum pajak. Beban memiliki dua
kategori fungsional utama : harga pokok pejualan dan beban operasi. Setiap
kategori tersebut berhubungan dengan manufaktur dan non manufaktur perusahaan.
Harga pokok penjualan adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead yang melekat pada unit yang terjual. (Hansen Don R, 2009 : 53-61)
E. Sistem Akuntansi Manajemen (FBM vs ABM)
Sistem akuntansi
manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai sistem berdasarkan fungsi
dan sistem berdasarkan aktivitas. Pendekatan berdasarkan fungsi danaktivitas
dapat ditemukan dalam praktik nyata. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan
fungsi (functional based management-FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an dan
masih digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Sistem akuntansi
manajemen berdasarkan aktivitas (activity based management-ABM) merupakam
sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam 30 tahun terakhir).
Sistem biaya berdasarkan
aktivitas digunakan secara luas dan pemanfaatanya semakin tinggi, khususnya di
antara organisasi-organisasi yang memiliki beragam produk dan pelanggan, produk
yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih pendek, peningkatan prasayarat
kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat. ABM digunakan dalam industri medis, industri
keuangan, industri transportasi, dan dalm semua jenis industri manufaktur.
1. Sistem FBM vs ABM
Elemen utama dari
model FBM adalah fungsi, sedangkan elemen utama dari model ABM adalah
aktivitas. Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit organisasional,
seperti departemen dan pabrik (contohnya: teknik, pengendalian kualitas, dan
perakitan adalah fungsi-fungsi yang diatur dalam departemen)
aktivitas-aktivitas dengan tujuan umum dikelompokkan bersama dalam satu bentuk
proses. sebagai contoh pembelian barang, penerimaan barang, dan pembayaran
barang yang diterima adalah aktivitas utama yang menggambarkan proses pengadaan
persediaan.
2. Tinjauan biaya FBM
Dalam sistem
akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan pada unit-unit yang
berfungsi, kemudian produk. Dalam pembebanan biaya, penelusuran langsung dan
penelusuran penggerak digunakan. Namun, penelusuran penggerak dalam siistem FBM
hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit) yang merupakan pengukuran
konsumsi yang sangat berkorelasi dengan keluaran produksi, seperti jam kerja
dari tenaga kerja langsung, baghan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya
pengerak yang diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya menggunakan
penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya,
pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan
produksi atau fungsi (functional based costing-FBC).
Tujuan perhitungan
harga pokok produk dari perhitungan biaya berdasarkan fungsi dapat dipenuhi
dengan pembebanan biaya – biaya produksi ke persediaan dan harga pokok
penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan ekternal. (Hansen dan Mowen, 2006
:65)
3. Tinjauan biaya ABM
ABM adalah proses
manajemen yng digunakan menyediakan informasi oleh suatu dasar aktivitas atas
dasar analisis biaya untuk mengembangkan keuntungan organisasi, Activity Based
Management mencangkup pembuatan keputusan sebagai berikut :
a. Modifikasi harga,bauran pokok, dan
bauran pelanggan
b. Meningkatkan hubungan dengan pemasok dan
pelanggan
c. Meningkatkan rancangan produk dan jasa
d. Membuat aktivitas lebih efisiensi
e. Mengurangi kebutuhan untuk membentuk
aktivitas yang tidak perlu dan yang tidak menciptakan nilai pelanggan.(Ahmad,
2014 :46 )
Pembebanan biaya berdasarkan aktivitas menekankan pada
penelusuran alokasi, bahkan, bisa disebut sebagai penelusuran yang
intensif.penggunaan pengerak unit dan nonunit meningkatkan keakuratan pembebanan
biaya, kualitas keseluruhan, dan informasi biaya yang relevan. Sebagai contoh,
pertimbangkanlah pembebanan biaya dari akivitas “mengerakkan bahan mentah dan
bahan setengah jadi dari satu titik ke titik lain dalam suatu pabrik”. Jumlah
penggerak uyang dibutuhkan untuk suatu produk adalah ukuran yang jauh lebih
baik dri permintaan produk untuk aktivitas penggunaan bahan dari dari jumlah
unit yang diproduksi. Pada kenyataanya, jumlah unit yang diproduksi bisa jadi
tidak berpengaruh pada pengukuran permintaan produk untuk penanganan bahan.
Suatu kelompok yang terdiri dari 10 unit bisa saja membutuhkan aktivitas
penanganan bahan yang sama dengan satu kelompok yang terdiri dari 100 unit).
Perhitungan harga
produk berdasarkan aktivitas cenderung fleksibel. Informasi biaya dibuat untuk
mendukung beragai tujuan manajerial, termasuk tujuan pelaporan keuangan.
Definisi peritungan harga pokok produksi yang lebih komprehensif ditekankan
pada perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
4. Tinjauan efisiensi operasional FBM
Pendekatan manajen
berdasarkan fungsi untuk pengendalian membebankan biaya pada unit
organisasional, kemudian memuntut tanggung jawab manajer unit organisasional
untuk mengendalikan biaya yang dibebankan. Kinerja diukur dengan membandingkan
hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan. Penekanannya adalah
ukuran dari keuangan dari kinerja (ukuran nonkeuangan biasanya diabaikan).
Manajer diberi penghargaan berdasarkan kemampuan mereka untuk mengendalikan
biaya. Jadi, pendekatan berdasarkan fungsi menelusuri biaya individu yang
bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. Sistem penghargaan digunakan untuk
memotivasi individual ini untuk mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi
operasional unit organisasi mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa
memekasimalkan kinerja organisasi secara keseluruhan tercapai dengan
memaksimalkan kinerja subunit organisasi individua (disebut sebagai pusat
pertanggungjawaban).
5. Tinjauan efisiensi operasional ABM
Manajemen berdasarkan
aktivitas fokus pada pengelolaan aktivitas dengan tujuan memperbaiki nilai yang
diterima pelanggan dan laba yang diterima dengan menyediakan nilai ini. Hal ini
meliputi analisi penggerak, analisis aktivitas, evaluasi kinerja, dan penggunaan
perhitungan biaya bedasarkan aktivitas sebagai sumber informasi utama. Tinjauan
proses berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor penyebab biaya suatu
aktivitas (menjelaskan penyebab munculnya biaya), pengukuran pekerjaan apa yang
telah dilakukan (mengidentifikasi aktivitas), serta evaluasi kinerja peerjaan
dan ahsil yang dicapai (seberapa baik aktivitas yang dikerjakan). Jadi
pengendalian berdasarkan aktivitas membutuhkan informasi terperinci mengenai
aktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar