KONTEN 5
A.
Definisi Analisis Biaya Volume Laba
Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah
analisis yang digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan
volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan
dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi
lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana
perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran
penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan analisis
CVP (cost volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini
memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan
pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya
volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis
ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga.
Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk
mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan
membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.
Analisis biaya
volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang
ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan
dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
B. Asumsi Analisis Biaya Volume Laba
Dalam
mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting terkait
analisis cost volume profit, yaitu:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di
dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya
produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual di dalam suatu periode
tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya
produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya
periodik di dalam suatu periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu
proporsi volume relatif produk-produk perusahaan yang akan dijual.
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen
tersebut terdapat beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan
diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan
yang relevan. Hal ini berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah
walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan
yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total
juga harus konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran
penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan
jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan tidak berubah.
Analisis
biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi.
Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya
variable ataupun biaya tetap. Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya
campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap.
Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya
variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan
produktivitas proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam
kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah
linier dalam kisaran relavan. Harga jual
per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan
pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan
berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual
rata-rata perrunit produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran
penjualan dari bermacam-macam produk
adalah konstan dalam kisaran relavan . Apabila produk-produk mempunyai harga
jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi
hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume
unit produk atau rupiah penjualan
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat
persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa
jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang
dijual.
Dengan
pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah
maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang
berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan
utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen
tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait
asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, Manajemen
harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak
hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.
Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada
analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya
tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada
saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat
diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya
sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya
diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Karena
peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam
banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan
produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa
yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar
perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu
dipilih oleh manajemen.
Selain
itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Linearitas dan Rentang yang relevan
Model
CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang
aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan
rentang output yang terbatas, total biaya yang diharapkan meningkat mendekati
tingkat yang linear.
b. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya
variabel untuk analisis CVP
Pada
analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap yang
diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru untuk mengukur
biaya variabel perunit, akuntan manajemen harus teliti memasukkan semua biaya
variable yang relevan, tidak hanya biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi.
C. Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba
Biaya-volume-laba
atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total,
biaya total, dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output.
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering digunakan para
eksekutif bisnis untuk menentukan volume
penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba
total dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya.
Pengetahuan
dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah
pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan
variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi
dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka
sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara
total, penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase
biaya variabel dan marjin kontribusi dan nilai penjualan.
D. Analisis Titik Impas (Break-Even
Point Analysis)
Titik
impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan
laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan
sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai
titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan
analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan
dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh
karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai
untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran
kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat
penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan
demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang
harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika
sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru.
Dalam kedua kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati
potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik
impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,
metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan
maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi
bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik
impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari
kasus diatas misalkan:
x = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena
laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut
dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai
berikut:
3.500x = 2625x + 75.000 +
0
3.500x
– 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
x = 75.000/875
x = 85,71 unit
Dengan
cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan
mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit
produk) = Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara
tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam
rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
x = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0
0,25x = Rp. 75.000
x = Rp. 75.000/0,25
x = Rp. 300.000
2. Metode Marjin Kontribusi
Metode ini merupakan penyingkatan dari formula
metode persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat
hubungan antara biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti
dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada
berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki
kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin
kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan
kecepatan perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya
menghasilkan laba. Margin kontribusi
digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika
margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan
terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba
bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap
tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan
yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam
unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan
menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula
dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari terakhir pada
penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.
Sehingga
impas dalam unit = 75.000/875
= 85,71
unit, dan
Impas
dalam Rp = 75.000/25%
= Rp.
300.000
Dalam
perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per
unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit
penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan
rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan
unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel, dan
marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan
diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai
contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya
variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin
kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin
kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi
150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan
ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp
393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi
(131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk
penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid
perhitungannya pada berbagai level perubahan unit penjualan sepanjang pada
kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan struktur
biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
3. Metode grafik
Selain
menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat dibuat dengan
menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk
menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis vertikal (y) untuk menunjukan
nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas
dengan kemiringan 45 yang ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y
sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan
jumlah biaya tetap pada berbagai level unit penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya
pada berbagai level unit penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y dengan
garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara garis ini dengan garis biaya
tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya variabel.
e. Buat titik impas pada perpotongan garis
penjualan dan garis total biaya. Tarik garis ke kiri untuk menunjukan jumlah
penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal ke bawah untuk menunjukan
titik impas dalam unit penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai
daerah laba dan sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik
impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang
lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan
yang lebih besar akan memberikan laba.
E. Pemanfaatan Analisis Cost-Volume
Profit untuk Perencanaan
1. Analisis Target Laba
Analisis
target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama
dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang
diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama
dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di
atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah
laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
2. Analisis Multi Produk
Analisis
multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran Penjualan(sales
mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual perusahaan. Dengan
menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi produk dapat diubah
ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP kita harus
menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat menyelesaikan masalah
multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk tunggal, yaitu menetapkan
produk-produk tersebut sebagai suatu paket.
3. Analisis Sensivitas
Salah
satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya perubahan
dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan
penilain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses
penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini memungkinkan diadakan
testing untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau mempertimbangkan
berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis
sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem
produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas
maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
F. Marjin Keamanan (margin of safety)
Marjin
keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau
realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya
menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai
pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan
presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar
lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar
perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang
merugikan.
G. Pemilihan Struktur Biaya
Leverage operasi
Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya,
perusahaan memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan,
dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran
kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar
mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi
sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin
tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba
bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai operating
of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat
menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika
perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam
penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan
pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat
membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
%
kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan
marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat penawaran berupa dua
pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya mendapat pembayaran Rp 20.000
per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala
kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan
memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat
kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesin, maka
manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang optimum untuk
memaksimalkan laba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar