KONTEN
6
2.1
Pengertian Activity Based Costing
Perhitungan Biaya
berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) adalah metode
perhitungan biaya produksi dan nonproduksi berdasarkan aktivitas dan sumber
daya yang dikonsumsi oleh produk yang diproses dalam satu periode
tertentu. Activity Based Costing dirancang untuk
menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis
dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya
tetap. Activity Based Costingbiasanya digunakan sebagai pelengkap,
bukan sebagai pengganti sistem biaya yang dipakai oleh perusahaan.
Dalam bukunya (Garrison:
1991) Managerial Accounting memberikan definisi
mengenai Activity Based Costing (ABC) sebagai suatu metode kalkulasi
biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap kejadian atau
transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pemacu biaya.
Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar
jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang dihasilkan tersebut.
Pada awal
perkembangannya, ABC sistem dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi
perhitungan biaya produk salah satu yang termasuk didalamnya adalah biaya
overhead pabrik. Mulyadi (2003:50) menyatakan ABC sistem didesain dan dikelola
dengan teknologi informasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Data biaya dan
operasi dicatat dalam akun multidimensi. Paling tidak ada empat dimensi yang
dicakup dalam catatan: pusat pertanggungjawaban, aktivitas, jenis biaya,
dan produk/jasa.
b. Data
biaya dan biaya operasi disediakan dalam shared database yang
dapat diakses oleh karyawan dan manajer.
c. Informasi yang
dihasilkan tidak terbatas pada informasi keuangan, namun mencakup
pula informasi operasi.
d. Informasi biaya
yang dihasilkan bersifat multidimensi.
2.2
Karakteristik Activity Based Costing
Karakteristik Activity
Based Costing adalah:
Ø Biaya
produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk.
Ø Beberapa
biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.
Ø Ada sejumlah cost pool BOP.
Setiap pool dialokasikan ke produk dan objek costing lainnya dengan menggunakan
ukuran khusus aktivitas masing-masing.
Ø Basis alokasi biasanya berbeda
dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Activity
Based Costing menggunakan lebih dari satu jenis cost driver.
Ø Tarif
overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas, bukan
dengan kapasitas yang dianggarkan.
Dalam perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas, sebuah aktivitas (activity) adalah kegiatan apa pun yang
mengakibatkan konsumsi bahan baku overhead. Sebuah pul biaya
aktivitas (activity costpool) adalah sebuah wadah di mana biaya
diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam
sistem ABC. Ukuran aktivitas (activity masure) adalah basis alokasi dalam
sebuah sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Istilah pemicu
biaya (cost driver) adalah juga dipakai untuk mengacu pada ukuran
aktivitas karena ukuran aktivitas harus “menggerakkan-memicu” biaya yang
dialokasikan.
Ada dua jenis ukuran
aktivitas yaitu : penggerak transaksi (tmnsaction driver)
dan penggerak durasi (duration
driver). Penggerak transaksi (transaction drivers) adalah
hitungan sederhana tentang berapa kali suatu aktivitas terjadi
seperti jumlah tagihan yang dikirimkan ke pelanggan. Penggerak
durasi(duration driver) mengukur waktu yang diperlukan untuk melakukan
suatu aktivitas seperti waktu yang digunakan untuk menyiapkan tagihan. Secara
umum penggerak durasi adalah ukuran yang lebih akurat untuk penggunaan sumber
daya dibanding penggerak transaksi, tetapi lebih memerlukan usaha untuk
mencatatnya. Untuk alasan tersebut, penggerak transaksi lebih banyak
digunakan.(Garrison, dkk: 2013).
Sistem biaya tradisional
bergantung pada basis alokasi yang dibawa oleh volume produksi. Di lain hal,
perhitungian biaya berdasarkan aktivitas mendefinisikan lima tingkat
aktivitas-tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk,
tingkat pelanggan, aktivitas pemeliharaan organisasi yang secara
luas tidakterkait dengan volume unit yang diproduksi. Biaya dan ukuran
aktivitas yang merespons untuk aktivitas tingkat unit tidak terkait dengan
volume dari unit yang diproduksi; tetapi, kategori sisanya tidak termasuk.
Tingkatan-tingkatan
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Aktivitas
tingkat unit (unit-level activities) dilakukan untuk setiap
unit produksi. Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah
unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan
menjadi aktivitas tingkat unit karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi
secara proporsional dengan jumlah unit produksi.
2. Aktivitas
tingkat batch (batch-level activities) dilakukan setiap batchdiproses,
tanpa memperhatikan berapa unit yang ada dalam batchtersebut. Sebagai
contoh, perkerjaan seperti membuat pesanan produksi, pengaturan peralatan dan
pengaturan pengiriman kepada pelanggan adalah aktivitas tingkat batch. Aktivitas
tersebut terjadi untuk setiap batch(pesanan pelanggan). Biaya pada
tingkat batch lebih bergantung pada jumlah batch yang
diproses dan bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang dijual, atau
ukuran volume yang lain. Sebagai contoh, biaya untuk pengaturan mesin untuk
memproses batch adalah sama tanpa memperhatikan
apakah batch berisi satu atau ribuan item.
3. Aktivitas
tingkat produk (product-level activities) berkaitan dengan produk
spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapabatch atau
berapa unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh, aktivitas untuk
merancang produk, mengiklankan produk, dan biaya untuk manajer serta;staf
produksi adalah aktivitas tingkat produk.
4.
Aktivitas tingkat pelanggan (customer-level activities) berkaitan
dengan pelanggan khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan,
pengiriman katalog, dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu.
5. Aktivitas
pemeliharaan organisasi (organization-sustaining activities)yang dilakukan
tanpa memperhatikan pelanggan mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi,
berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang dibuat. Kategori
ini termasuk aktivitas seperti pemanas di pabrik, kebersihan kantor eksekutif,
penyediaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman, penyusunan laporan tahunan
untuk pemegang saham, dan sebagainya.(Garrison, dkk : 2013).
Manajer akuntansi
membuat Gambar diatas untuk menjelaskan struktur umum dari model ABC.
Objek biaya seperti aktivitas pembuatan produk Contohnya, pelanggan memesan
tiang penyangga spesial memerlukan aktivitas menyiapkan pesanan produksi.
Aktivitas seperti penggunaan sumber daya. Order produksi menggunaku
formulir-formulir dan memakan waktu untuk diisi. Penggunaan dari sumber daya
menyebabkan terjadinya biaya. Makin banyak jumlah formulir yang harus diisi
untuk pesanan produksi makin besar jumlah waktu yang harus digunakan untuk
mengisi formulir, makin besar biaya yang terjadi. ABC berusaha menelusuri
hubungan ini dengan mengidentifikasikan bagaimana bajang dan pelanggan saling
memengaruhi biaya.
2.4
Tahap Penerapan Activity Based Costing
Tahap penerapan Activity Based Costing adalah:
1) Mendefinisikan
aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran aktivitas.
Langkah utama yang
pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah mengidentifikasikan aktivitas yang
akan menjadi dasar sistem tersebut. Langkah ini mungkin sulit, memakan banyak
waktu, dan membutuhkan pertimbangan. Prosedur umum untuk melakukannya adalah
melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau setidaknya semua
supervisor dan manajer dalam departemen yang menimbulkan overhead dan meminta
mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan. Biasanya, akan
diperoleh catatan aktivitas yang sangat panjang.
Panjangnya catatan
tersebut juga menimbulkan masalah. Di satu sisi, makin banyak jumlah aktivitas
yang dimasukkan ke dalam sistem ABC, makin akurat perlakuan terhadap biaya.
Sebaliknya, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk merancang, menerapkan,
memelihara, dan menggunakan sistem yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar
aktivitas. Konsekuensinya, catatan aktivitas yang panjang tersebut dikurangi
dengan menggabungkan aktivitas-aktivitas yang sejenis. Sebagai contoh, beberapa
aktivitas dalam penanganan dan pemindahan bahan baku — mulai dari menerima
bahan baku dari area bongkar muat dan menyortirnya untuk dimasukkan ke gudang.
Seluruh aktivitas ini dapat digabungkan menjadi satu aktivitas yang disebut
penanganan material.
Ketika mengombinasikan
aktivitas dalam sistem ABC, aktivitas seharusnya digabung bersamaan pada level
yang sesuai. Aktivitas tingkat batchtidak seharusnya dikombinasikan dengan
aktivitas tingkat unit atau aktivitas tingkat produk dengan
tingkat batch dan selanjutnya. Secara umum, cara terbaik untuk
mengombinasikan aktivitas-aktivitas tersebut yang mempunyai hubungan sama satu
dengan lainnya dalam satu tingkatan. Sebagai contoh, penerimaan
sejumlah pesanan pelanggan sangat terkait dengan jumlah pesanan yang
terselesaikan, jadi dua batch tingkat aktivitas ini (menerima dan
mengirim pesanan) biasanya dapat dikombinasikan dengan kehilangan sedikit
akurasi.
2) Membebankan
biaya overhead ke pul biaya aktivitas.
Alokasi tahap «pertama
biasanya berdasarkan hasil tanya jawab dengan pegawai yang terkait langsung
dengan aktivitas. Sebagai contoh, Classic Brass perlu mengalokasikan $500.000
upah pabrik tidak langsung ke dalam lima pul biaya aktivitas. Alokasi ini akan
lebih akurat jika karyawan yang diklasifikasikan sebagai tenaga kerja tidak
langsung (supervisor, teknisi, dan tenaga inspeksi kualitas) ditanya berapa
persentase waktu yang digunakan untuk pesanan pelanggan, desain produk, jumlah
pesanan dan berhubungan dengan pelanggan. Wawancara ini harus dilakukan dengan
hati-hati. Mereka yang diwawancarai harus memahami sepenuhnya apa aktivitas
yang menjadi tanggung jawabnya dan apa yang mereka harapkan dari wawancara
tersebut. Selanjutnya, manajer departemen diwawancarai untuk menentukan
bagaimana biaya- biaya yang tidak berkaitan dengan karyawan akan
didistribusikan ke dalam pul biaya aktivitas.
3) Menghitung
tarif aktivitas.
Tarif aktivitas yang akan
digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan diharapkan diproduksi perusahaan
untuk bauran produk saat ini dan untuk melayani pelanggannya saat ini. Sebagai
contoh, tim ABC menemukan bahwa 400 desain produk baru dibutuhkan setiap tahun
untuk melayani pelanggan perusahaan saat ini Tarif aktivitas dihitung dengan
membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas
dengan total aktivitasnya.
4) Membebankan
biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.
Langkah ke empat dalam
penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage alocation). Dalam
alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya produk
dan pelanggan. Pertama, kita akan mengilustrasikan bagaimana membebankan biaya
ke produk yang
ada di contoh dan kemudian bagaimana membebankan biayanya kepada pelangganLangkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage alocation).
ada di contoh dan kemudian bagaimana membebankan biayanya kepada pelangganLangkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage alocation).
Fokus dari sistem ABC
adalah aktivitas sehingga identifikasi aktivitas menjadi langkah pertama dalam
ABC. Aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil atau setiap
pekerjaan yang dilakukan. Setelah teridentifikasi, dicari atribut aktivitas
untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan aktivitas lebih lanjut. Atribut
aktivitas (activity attribute) adalah jenis informasi keuangan maupun
non keuangan yang menggambarkan setiap aktivitas. Atribut aktivitas digunakan
untuk mengelompokkan aktivitas terkait ke dalam kelompok-kelompok yang menjadi
landasan bagi pengelompokan biaya sejenis. Aktivitas yang berkaitan
dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis yang: (a) secara logika
berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap produk.
5) Menyiapkan
laporan manajemen.
Laporan manajemen umumnya
yang dibuat dengan data ABC adalah produk dan profitabilitas pelanggan.
Laporan ini membantu perusahaan menghubungkan sumber dayanya pada kesempatan
pertumbuhan yang lebih menguntungkan sedangkan dengan waktu yang sama
memperbaiki produk dan pelanggan yang dapat menghasilkan laba. Kita memulai
dengan mengilustrasikan suatu laporan profitabilitas sebuah produk kemudian
diikuti oleh laporan profitabilitas pelanggan.
Tim ABC menyadari bahwa
laba dari sebuah produk, disebut margin produk, adalah fungsi dari penjualan
produk dan biaya langsung dan tidak langsung yang menyebabkan sebuah produk.
Alokasi biaya ABC hanya meringkas tiap-tiap biaya tidak langsung produk
(overhead). Sehingga, untuk menghitung laba sebuah produk (margin produk), tim
desain perlu untuk mengumpulkan tiap-tiap penjualan produk dan biaya langsung
sebagai tambahan ke biaya overhead yang telah dihitung sebelumnya.
Setelah mengumpulkan data
di atas, tim desain membuat laporan profitabilitas produk. Laporan menyajikan
bahwa tiang penyangga standar lebih menguntungkan, dengan margin produk
positif atau negatif, dimana compass housing khusus
tidak menguntungkan, dengan margin produk negatif perhatikan bahwa laporan
profitabilitas produk tidak menyertakan pul biaya aktivitas hubungan pelanggan
dan pul biaya aktivitas lainnya. Biaya hubungan pelanggan diakibatkan oleh
pelanggan, bukan oleh produk. Biaya lainnya seperti biaya pemeliharaan
organisasi dan kapasitas menganggur tidak diakibatkan oleh produk khusus.
2.5
Perbandingan Traditional Costing dan Activity Based Costing
Menurut (Tunggal 2000,
Lambert dan Whitworth 1996; dalam Adi, 2005) memberikan gambaran tentang
perbedaan antara penggunaan sistem ABC dan sistem biaya tradisional antara
lain:
Keterangan
|
Activity Basic Costing
|
Sistem Tradisional
|
Dasar Alokasi
|
Aktivitas
|
Unit produksi, Jam Tenaga kerja, dsb
|
Fokus Pengukuran
|
Biaya, kualitas, skala produk, data keuangan dan waktu
|
Kinerja keuangan jangka pendek
|
Klasifikasi biaya
|
Biaya variabel jangka pendek, biaya variabel jangka panjang dan biaya
tetap
|
Biaya variabel dan biaya tetap
|
Tim ABC menggunakan
proses dua langkah untuk membandingkan biaya produk tradisional dan ABC.
Pertama, tim menyajikan margin produk yang dilaporkan dengan sistem biaya
tradisional. Kemudian, dibandingkan perbedaannya antara produk margin
tradisional dan ABC.
Perhitungan Margin Produk
dengan Sistem Biaya Tradisional
Sistem biaya tradisional
di Classic Brass membebankan hanya biaya produksi ke dalam produk - hal ini
termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya
penjualan dan administrasi tidak dibebankan ke produk. Pertama, penjualan
dan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung menggunakan jumlah yang sama
seperti yang digunakan tim ABC. Dengan kata lain, sistem biaya tradisional dan
sistem ABC memperlakukan tiga jenis data dari pendapatan dan biaya adalah sama
jumlahnya.
Kedua, sistem biaya
tradisional menggunakan tarif tunggal overhead untuk membebankan biaya overhead
pabrik ke produk pembilang untuk tarif tunggal overhead dimana jumlah overhead
pabrik yang ditampilkan di laporan laba rugi.
Tarif tunggal Overhead
= Total estimasi overhead pabrik
Total estimasi
jam mesin
Ada tiga alasan mengapa
sistem biaya tradisional dan ABC melaporkan margin produk yang berbeda.
Pertama, sistem biaya tradisional Classic Brass mengalokasikan semua biaya
overhead pabrik ke produk. Hal ini mengakibatkan produk untuk menyerap semua
overhead pabrik tanpa memandang .apakah mereka benar-benar dipakai dalam biaya
atau hanya dialokasikan saja. Sistem ABC tidak membebankan biaya overhead
pabrik yang digunakan oleh aktivitas hubungan pelanggan ke dalam produk karena
biaya ini diakibatkan oleh pelanggan, bukan produk tertentu. Juga tidak
membebankan biaya overhead pabrik yang masuk dalam aktivitas lainnya ke dalam
produk karena biaya pemeliharaan organisasi dan biaya kapasitas menganggur
tidak diakibatkan oleh produk tertentu. Dari sisi ABC, membebankan biaya ini ke
dalam produk tidak dapat dinalar dan tidak produktif.
Kedua, sistem biaya
tradisional di Classic Brass mengalokasikan semua biaya overhead pabrik menggunakan
dasar alokasi volume—jam mesin—yang mungkin atau tidak mungkin merefleksikan.
Kalkulasi Biaya Produk Tradisional
Dalam
sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit
yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk. Penggerak aktivitas
tingkatunit (unit level activity driver) adalah faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biayasebagai akibat perubahan unit yang diproduksi.
Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat unit, diasumsikan biaya
overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit
yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan biaya
overhead ke produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh maupun
departemental. Penggerak tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
·
Unit yang diproduksi.
·
Jumlah jam tenaga kerja langsung.
·
Jumlah upah tenaga kerja langsung.
·
Jumlah jam mesin.
·
Jumlah bahan baku.
Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang diharapkan dan tingkat aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan tingkat aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi pembebanan biaya overhead per unit dari tahun ke tahun relatif rendah.
Activity
Based Costing (ABC)
Sistem
biaya berdasar aktivitas menelusuri biaya aktivitas dan kemudian keproduk.
Tidak seperti sistem tradisional, ABC menekankan penelusuran langsung
danpenelusuran penggerak dengan menekankan hubungan sebab akibat.
ABC menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non
unit. Ada dua prosedur yang digunakan untuk menerapkan ABC, yaitu:
Prosedur
Tahap I:
1. Identifikasi
aktivitas.
2. Biaya-biaya
dibebankan ke aktivitas.
3. Aktivitas
yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis
yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang samauntuk setiap produk.
yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang samauntuk setiap produk.
4. Biaya
aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan
kelompok biaya sejenis.
kelompok biaya sejenis.
5. Tarif
overhead kelompok dihitung.
Prosedur
tahap II:
Biaya
dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk.
Kumpulan aktivitas
diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategoriumum aktivitas berikut
ini:
Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap
suatu unit diproduksi. Contoh: pengujian produk.
Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap
suatu batch barang diproduksi. Contoh: persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi,
penanganan bahan.
Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Contoh: perubahan
rekayasa, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa
produk.
Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses
umum manufaktur suatu pabrik. Contoh: manajemen pabrik, landscaping, keamanan,
pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik.
Hasil kalkulasi biaya
produk dengan menggunakan ABC menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
kalkulasi produk menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental. Dengan ABC, biaya
telepon tanpa kabel jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya telepon
reguler, yakni lebih dari dua kali lipatnya.Bandingkan dengan kalkulasi
menggunakan tarif pabrik maupun tarif departementalyang menghasilkan biaya
telepon tanpa kabel dan biaya telepon reguler yang tidakterpaut terlalu jauh.
Sistem ABC
memperbaiki keakuratan biaya produk dengan mengakui bahwabanyak dari biaya
overhead tetap ternyata bervariasi secara proporsional denganperubahan selain
volume produksi. Dengan memahami penyebab perubahan, biayatersebut dapat
ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat inimemungkinkan
manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk yangkemudian dapat
secara signifikan memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.
Pengetahuan
tentang perilaku biaya juga memungkinkan manajer untuk
melakukan pengendalian aktivitas dengan lebih baik. Hal ini memungkinkan
manajer untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memberi nilai tambah
dan aktivitas mana yang tidak. Analisis nilai ini dapat menjadi dasar
untuk perbaikan yang berkelanjutan(continuous improvement).
2.6
Kekuatan dan
Kelemahan Activity Based Costing
Menurut (Bloclier, Chen,
dan Lin: 2007) ada tiga yang menjadi kelebihan dalam Activity Based
Costing antara lain:
1.
Pengukuran profitabilitas yang lebih baik, ABC menyajikan biaya
produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada
pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan
strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penerapan harga jual,
lini produk dan segmen pasar.
2.
Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan pengukuran
yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas,
membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan
membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya
secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan
nilai.
3.
Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas, ABC
membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya kapasitas yang
tidak terpakai.
Terdapat beberapa
keterbatasan dalam menggunakan sistem Activity Based Costing antara
lain:
1. Mengabaikan
biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak
mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya
produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk aktivitas seperti
pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan rekayasa produk, meski
sebagian dari biaya-biaya ini menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah
biaya pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik,
dan pajak bumi&bangunan untuk pabrik karena prinsip akuntansi yang
berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periodik.
2. Mahal
dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah dan membutuhkan banyak waktu
untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah
menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan volume,
pelaksanaannya suatu sistem baru ABC cenderung sangat mahal. Lagipula, seperti
sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya
diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC
dengan sukses.
2.7
Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas dan Laporan Eksternal
Perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas (ABC) umumnya
menyediakan data lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional,
mengapa tidak digunakan untuk laporan eksternal? Beberapa
perusahaan memang menggunakan perhitungan biaya ABC untuk membuat laporan
eksternal, tetapi sebagian besar tidak melakukannya. Ada banyak alasan yang
pertama, laporan eksternal kurang terperinci dibandingkan laporan internal yang
disiapkan untuk pembuatan keputusan. Pada laporan eksternal, biaya produk
individual tidak dilaporkan. Harga pokok penjualan dan penilaian persediaan
diungkapkan tetapi tidak dipilah per jenis produk. Jika beberapa produk
dihargai terlalu rendah atau terlalu tinggi, kesalahan tersebut cenderung
membatalkan satu sama lain bila biaya produk dijadikan satu.
Kedua, sangat sulit untuk melakukan
perubahan sistem akuntansi perusahaan. Sistem resmi akuntansi biaya perusahaan
biasanya berupa program komputer yang rumit dan telah dimodifikasi sendiri
setelah dijalankan selama beberapa tahun. Jelas sangat sulit untuk melakukan
perubahan program komputer tanpa mengorbankan sumber daya.
Ketiga, sistem ABC seperti yang digambarkan
dalam bab ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU—GAAP). Seperti yang sudah dibahas di Bab 2,3, dan 4, perhitungan biaya
produksi untuk laporan eksternal harus memasukkan seluruh biaya produksi dan
hanya biaya produksi saja; tetapi dalam sistem ABC tidak memasukkan seluruh
biaya produksi dan memasukkan beberapa biaya nonproduksi. Mungkin saja pada
akhir periode melakukan penyesuaian data ABC untuk menyesuaikan dengan PABU
tetapi perlu kerja keras untuk itu.
Keempat, auditor biasanya tidak menyukai
alokasi yang didasarkan pada wawancara dengan karyawan perusahaan. Data
subjektif seperti itu dapat dengan mudah dimanipulasi oleh manajemen untuk
menciptakan pendapatan yang lebih besar.
Untuk semua alasan ini, kebanyakan perusahaan
membatasi ABC pada studi untuk manajemen dan tidak akan menggabungkan ABC ke
dalam sistem akuntansi biaya yang formal.
Klasifikasi
biaya berdasarkan fungsinya adalah klasifikasi yang diperlukan untuk membuat
laporan eksternal. Dalam menyiapkan laporan, biaya dipisahkan ke dalam biaya
produksi dan biaya penjualan/ administrasi. Hal ini dikarenakan biaya produksi
dianggap sebagai biaya produk dan diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi
bila produk tersebut terjual dan yang melekat pada produk yang tidak terjual
dilaporkan sebagai persediaan di neraca. Biaya penjualan dan administrasi
dianggap sebagai bagian dari periode tersebut dan oleh karenanya dianggap
sebagai biaya periode dan harus dikurangkan pada setiap periode sebagai beban
sehingga tidak muncul pada neraca.
Harga Pokok Produksi
Harga
pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut.
Satu-satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesikan adalah biaya
produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya lain-lain.
Rinciannya dilaporkan dalam laporan Harga Pokok Produksi.
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan
adalah biaya dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
lain-lain yang terkait dengan unit penjualan. Untuk dapat menghitung harga
pokok penjualan harus dihitung lebih dulu harga pokok produksi.
Barang Dalam Proses
Barang Dalam Proses
Barang dalam proses
merupakan barang setengah jadi yang terdapat pada produksi pada saat tertentu.
Persediaan awal barang dalam proses terdiri dari barang setengah jadi yang
dimiliki pada awal periode. Biaya persediaan awal barang dalam proses mewakili
biaya biaya produksi yang dibwa dari periode sebelumnya. Biaya tambahan
diperlukan untuk menyelesaikan barang dalam proses tersebut pada periode
berjalan.
Persediaan akhir barang
dalam proses merupakan jumlah barang setengah jadi yang dimiliki pada akhir
periode. Biaya persediaan akhir barang dalam proses adalah biaya yang mewakili
biaya produksi yang akan dibawa ke periode berikutnya. Dalam hal ini biaya
produksi tambahan diperlukan untuk menyelesaikan produk dalam proses
tersebut.pada periode berikutnya.
Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur
Laporan Laba Rugi yang
didasarkan pada klasifikasi fungsional mengikuti format tradisional. Artinya,
Pendapatan dihitung dengan mengikuti klasifikasi fungsional yang mengacu pada
perhitungan pendapatan-biaya absorbsi atau perhitungan pendapatan-biaya
menyeluruh karena semua biaya produksi seluruhnya dibebankan pada produk.
Berdasarkan perhitungan pendapatan-biaya menyeluruh (absorbsi), pengeluaran
dipisahkan berdasarkan fungsi dan kemudian dipotongkan pada keuntungan untuk
memperoleh penghasilan sebelum pajak. Laporan memuat Ringkasan, harga pokok
penjualan dan biaya operasi yang masing-masing dikeluarkan untuk produksi dan
non produksi.
Laporan Laba Rugi
Perusahaan Jasa
Pada organisasi jasa,
harga pokok penjualan jasa dihitung dengan cara berbeda dengan harga pokok
penjualan pada perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
barang jadi. Dengan demikian harga pokok penjualan jasa akan selalu berhubungan
dengan harga pokok produksi. Namun dalam beberapa kasus, perusahaan jasa
dimungkinkan untuk memiliki barang dalam proses, misalnya seorang ortodentis
bisa saja memiliki sejumlah pasien pada berbagai tahapan proses pemasangan
kawat gisi atau seorang desainer memiliki beberapa gambar yang sedang dalam
proses pengerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar