BAB 8 “MEMBACA UNTUK MENULIS” (Lanjutan)

PERTEMUAN 10
BAB 8
“MEMBACA UNTUK MENULIS”
A.     Pengertian Menulis
1.      Pengertian Menulis Menurut Para Ahli
a.       Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
b.      Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
c.       Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur .
2.      Pengertian Menulis Secara Umum
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
B.     Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya merupakan keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan yang memerlukan proses panjang dan ketekunan dari si penuls.
Dalam pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang diperhatikan. Penggunaan tanda baca, kalimat yang efektif, paragraf yang baik kurang mendapat perhatian dari guru.
1.      Pemilihan Materi Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih materi pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum. Guru pun akan mencari buku sumber yang tepat. Dewasa ini, guru banyak mengambil sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang paling mudah dilakukan oleh guru. Hal itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Akan tetapi, tentu saja kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru terlalu bergantung pada buku paket atau buku pegangan, sehingga ia tidak mampu lagi mengajar tanpa buku paket. Guru dapat juga menggunakan sumber pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di lingkungan sekolah.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk menggunakan buku paket atau buku pegangan guru sebagai bahan pengembangan pembelajaran menulis di sekolah. Langkah-langkah tersebut di antaranya:
a.       Menelaah gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang telah ditetapkan.
b.      Menelaah buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1)      Ketepatan dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang ada dalam SK-KD.
2)      Keterkaitan isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.
3)      Kesesuaian cara pembahasan dengan kemampuan berpikir siswa.
4)      Kemungkinan dapat dimiliki oleh siswa.
5)      Kemudahan cara mencarinya.
c.       Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah digariskan.
d.      Menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran dengan memperhatikan kemudahan, keterkaitan dengan SK-KD, keterkaitan dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.
Pemilihan materi pembelajaran menulis harus memperhatikan hal-hal berikut.
a.       Keterampilan menulis yang bagaimana yang harus dikuasai siswa?
b.      Jenis tulisan apa saja yang perlu dilatihkan kepada siswa?
c.       Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?
Jika pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, pembelajaran menulis dapat dikembangkan dan lebih bermanfaat.
2.      Metode dan Media Pembelajaran
Metode apa yang tepat digunakan bagi pembelajaran menulis? Dalam pembelajaran menulis tingkat awal (SMP), guru dapat menggunakan metode terbimbing.
Marcela Frank dalam Sampurno (2003:64) memberikan langkah-langkah menulis terbimbing sebagai berikut.
1)      Langkah 1: Tahap berbicara menulis
Langkah ini merupakan langkah prapenulisan. Siswa berdiskusi tentang topic yang sudah diberikan kerangkanya oleh guru.
2)      Langkah 2: Tahap menyimak menulis
Sesudah menulis karangannya, siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus diisi dengan komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan kosakata yang berkaitan dengan subyek yang ditulisnya. Akhirnya mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya.
3)      Langkah 3: Diskusi berpasangan
Sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan.
4)      Langkah 4: Menulis karangan
Siswa disuruh menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusi-kan. Mereka mencoba mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber dari luar.

5)      Langkah 5: Proses penguatan
Setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap salah itu.
3.      Evaluasi Pembelajaran
Sampurno (2003:68), menjelaskan ada beberapa metode untuk menilai sebuah tulisan siswa sebagai berikut.
Pertama, metode impresi. Metode ini mendasarkan penilaiannya pada impresi atau kesan terhadap karangan secara keseluruhan. Pada umumnya, dua atau tiga orang menilai setiap karangan. Hasil penilainya dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Jika ternyata perbedaannya mencolok, perlu diadakan pemeriksaan ulang. Untuk itu, perlu diadakan diskusi sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan yang dinilai tersebut. Penilaian karangan dengan metode impresi biasanya menggunakan skala penilaian dengan rentangan yang ditentukan antara penilai. Rentangan nilai itu dapat berkisar antara 0 sampai dengan 5; 0 sampai dengan 10; 0 sampai dengan 20; 0 sampai dengan 100. Penilai diberi waktu khusus untuk menilai sejumlah karangan, misalnya 20 karangan diberi waktu kira-kira satu jam.
Kedua, metode analitik. Metode ini biasanya digunakan guru-guru yang sukar mencari teman guru lain untuk menilai karangan siswanya. Penilaian analitik didasarkan pada suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai. Misalnya, aspek karangan yang akan dinilai ialah aspek ejaan, tata bahasa, kelancaran, dan relevansi. Setiap karangan dapat dinilai dengan menggunakan rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya memperoleh hasil yang baik, perlu adanya pembobotan untuk tiap aspek. Pada tataran elementer, misalnya, penilai memusatkan perhatiannya pada aspek tata bahasa dan kosakata dan kurang memperhatikan kelancaran. Pada tataran menengah, penilai mungkin memusatkan perhatiannya pada relevansi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk memberi bobot 10 untuk relevansi, sedangkan aspek yang lain diberi bobot 5. pada tataran lanjut, penilai memusatkan perhatiannya pada organisasi karangan yang belum termasuk aspek yang dinilai pada tataran sebelumnya. Mungkin juga penilai akan memasukkan register sebagai aspek yang baru serta akan menggabungkan aspek ejaan dengan aspek kelancaran.
Ketiga, metode menghitung kesalahan atau metode mekanis. Metode ini dianggap yang paling mekanis di antara ketiga metode yang ada. Akan tetapi, metode ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena dianggap kurang sahih. Prosedur penilaiannya ialah dengan cara menghitung kesalahan yang dibuat siswa secara keseluruhan.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Business

Popular

Arsip Blog

Recent Posts