BAB 8 “MEMBACA UNTUK MENULIS”

PERTEMUAN 9
BAB 8
“MEMBACA UNTUK MENULIS”
A.    Hakikat Membaca
1.      Proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris).
2.      Proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal menjadi bunyi bahasa yang dapat dipahami (proses pembacaan sandi).
3.      Proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak (proses pemetikan informasi).
4.      Proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah fikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol tersebut.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7). Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
B.     Pengertian Membaca
1.      Pengertian Membaca Menurut Para Ahli
a.       Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah fondasi dari proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca (reading society) akan melahirkan masyarakat belajar (learning society), karena membangun perilaku dan budaya membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) yang berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.
b.      Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of Education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan ia akan memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skema baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang membaca, maka semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui seisi dunia dan pola berpikir kita pun akan berkembang.
c.       Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses penyadian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording) digunakan untuk mengantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterpestasikan maksudnya sehingga apa yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan baik.
d.      Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca merupakan perkembangan ketrampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada mmebaca kritis.
e.       Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam sekitar.
f.       Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-poladalam penampilanya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
g.      Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membantuk makna. Kedua, membaca adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan berbagai strategi, membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa mambaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahsa sendiri.
h.      Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakanoleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendk disampiakn oleh penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
2.      Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
3.      Pengertian Membaca Secara Umum
Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan dalam rangka memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Di sini membaca berarti memahami teks bacaan baik secara literal, interpretatif, kritis, maupun kreatif.
Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses memperoleh informasi dengna menggunkan teknik membaca yang sesuai dengan bahan bacaan agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pemmabaca.
Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sengat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseornag untuk menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi yang dibutuhkan.
Pada dasarnya, membaca merupakan proses. Murn, Roe, & Ross (dalam Damaianti, 2003) memasukkan proses membaca itu sendiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah kopmunikasi pikiran dan perasaaan penulis pada pembaca.
Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati lambang yang disajikan di dalam teks, (2) menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata tercetak dengan pola linier, logis, dan gramatikal, (4) menghubungkan kata dengan pengalaman langsung yang memberi makna terhadap kata tersebut, (5) membuat interfensi (kesimpulan) dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari pada masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7) mengetahui hubungan antara  lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam teks, dan (8) membagi perhatian membaca (Haejasujana dan Damaianti, 2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik, kedelapan kegiatan membaca di atas perlu diperhatikan agar informasi yang terkandung dalam teks dapat kita pahami.
C.    Pembelajaran Membaca
Membaca itu bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau informasi yang disampiakan oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, si pembaca haruis mampu memahami makna/lambnag/tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi membaca merupakan proses mengubah lambang/ tanda/ tulisan menjadi wujud makna.
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode, dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik pula.
Begitu juga halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian tersebut lebih ditekankan pada kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa kemampuan:
1.      Memahami makna kata-kata yang dibaca;   
2.      Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
3.      Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;
4.      Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;
5.      Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dicaba, dan menarik kesimpuulan dari suatu wacana yang dibaca;
6.      Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis dengan mengguankan bahasa sendiri;
7.      Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa sendiri di depan kelas.
Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu menerapkan ujian ketrampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan memahami isi abcaaan [ada siswa dapat diukur dan dinilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengatahui kemampuan siswa dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.
D.    Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)

Seseorang yang terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun tulis. Akan tetapi, jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan yang dihasilkan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Business

Popular

Arsip Blog

Recent Posts