CHAPTER 12
Comparing Multiple Proportions Test Of Independence
And Goodness Of Fit
Metode Uji Chi Square
Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square
adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua
variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2
variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square
dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah).
Uji chi-square merupakan uji non parametris yang
paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah:
frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat
di mana chi square dapat digunakan yaitu:
1. Tidak ada
cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).
2. Apabila
bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki
frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”)
kurang dari 5.
3. Apabila
bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari
20%.
Rumus chi-square sebenarnya tidak hanya ada satu.
Apabila tabel kontingensi bentuk 2 x 2, maka rumus yang digunakan adalah
“koreksi yates”.
Apabila tabel kontingensi 2 x 2 seperti di atas,
tetapi tidak memenuhi syarat seperti di atas, yaitu ada cell dengan frekuensi
harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti dengan rumus “Fisher Exact
Test”.
Pada artikel ini, akan fokus pada rumus untuk tabel
kontingensi lebih dari 2 x 2, yaitu rumus yang digunakan adalah “Pearson
Chi-Square”.
Rumus Tersebut adalah:
Uji kai kuadrat (dilambangkan dengan
“χ2” dari huruf Yunani “Chi” dilafalkan
“Kai”) digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen
maupun dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji
proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskrit.
Misalnya ingin mengetahui hubungan antara status gizi ibu (baik atau kurang)
dengan kejadian BBLR (ya atau tidak).
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri
adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi
yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat
sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan
tertentu (dari tabel χ2).
Uji Kai Kuadrat dapat digunakan untuk menguji :
1. Uji χ2 untuk ada tidaknya hubungan antara dua
variabel (Independency test).
2. Uji χ2 untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji χ2 untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Sebagai rumus dasar dari uji Kai Kuadrat adalah :
Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah
data
df = (b-1) (k-1)
Dalam melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi
syarat:
1. Sampel
dipilih secara acak
2. Semua
pengamatan dilakukan dengan independen
3. Setiap sel
paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengdan
frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel
4. Besar sampel
sebaiknya > 40 (Cochran, 1954)
Keterbatasan penggunaan uji Kai Kuadrat adalah tehnik
uji kai kuadarat memakai data yang diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu.Dekatnya
pendekatan yang dihasilkan tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel
kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar
“frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil” secara umum dengan ketentuan:
1. Tidak boleh
ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)
2. Tidak lebih
dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)
Bila hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi,
cara untuk menanggulanginyanya adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang
kecil ke se lainnya (mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi
sehingga kategori yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain.
Khusus untuk tabel 2×2 hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah
melakukan uji
Perusahaan penyalur alat elektronik AC ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara gender dengan sikap mereka terhadap
kualitas produk AC. Untuk itu mereka meminta 25 responden mengisi identitas
mereka dan sikap atau persepsi mereka terhadap produknya.
Permasalahan : Apakah ada hubungan antara gender
dengan sikap terhadap kualitas AC?
Hipotesis :
·
H0 = Tidak ada hubungan antara gender dengan sikap
terhadap kualitas AC
·
H1 = Ada hubungan antara gender dengan sikap terhadap
kualitas AC
Tolak hipotesis nol (H0) apabila nilai signifikansi
chi-square < 0.05 atau nilai chi-square hitung lebih besar (>) dari nilai
chi-square tabel.
Independensi (keterkaitan) antara 2 faktor dapat diuji
dengan uji chi square. Masalah independensi ini banyak mendapat perhatian
hampir di semua bidang, baik eksakta maupun sosial ekonomi. Kita ambil
contoh di bidang ekonomi dan pendidikan. Kita bisa menduga bahwa keadaan
ekonomi seseorang tidak ada kaitannya dengan tingkat pendidikannya, atau justru
sebaliknya bahwa keadaan ekonomi seseorang terkait erat dengan tingkat
pendidikannya. Untuk menjawab dugaan-dugaan ini, kita bisa menggunakan
uji chi square.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Buatlah
hipotesis
H0: tidak ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
HA: ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
H0: tidak ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
HA: ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
2. Lakukan
penelitian dan kumpulkan data
Hasil penelitian adalah sebagai berikut (tentatif).
Kategori
|
Di bawah
garis kemiskinan
|
Di atas
garis kemiskinan
|
Total
|
Tidak
tamat SD
|
8
|
4
|
12
|
SD
|
20
|
17
|
37
|
SMP
|
15
|
16
|
31
|
SMA
|
3
|
23
|
26
|
Perguruan
Tinggi
|
2
|
22
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
3. Lakukan
analisis
Kategori
|
Di
bawah garis kemiskinan
|
Di
atas garis kemiskinan
|
Total
|
Tidak
tamat SD
O
E
|
8
4,43
|
4
7,57
|
12
|
SD
O
E
|
20
13,66
|
17
23,34
|
37
|
SMP
O
E
|
15
11,45
|
16
19,55
|
31
|
SMA
O
E
|
3
9,60
|
23
16,40
|
26
|
Perguruan
Tinggi
O
E
|
2
8,86
|
22
15,14
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
Nilai O (Observasi) adalah nilai pengamatan di
lapangan
Nilai E (expected) adalah nilai yang diharapkan, dihitung sbb:
1. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di bawah garis kemiskinan= (12 x 48)/130 = 4,43
2. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di atas garis kemiskinan = (12 x 82)/130 = 7,57
3. Nilai E untuk kategori SD di bawah garis kemiskinan = (37 x 48)/130 = 13,66
4. Nilai E untuk kategori SD di atas garis kemiskinan = (37 x 82)/130 = 23,34
5. Nilai E untuk kategori SMP di bawah garis kemiskinan = (31 x 48)/130 = 11,45
6. Nilai E untuk kategori SMP di atas garis kemiskinan = (31 x 82)/130 = 19,55
7. Nilai E untuk kategori SMA di bawah garis kemiskinan = (26 x 48)/130 = 9,60
8. Nilai E untuk kategori SMA di atas garis kemiskinan = (26 x 82)/130 = 16,40
9. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di bawah garis kemiskinan = (24 x 48)/130 = 8,86
10. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di atas garis kemiskinan = (24 x 82)/130 = 15,14
Nilai E (expected) adalah nilai yang diharapkan, dihitung sbb:
1. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di bawah garis kemiskinan= (12 x 48)/130 = 4,43
2. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di atas garis kemiskinan = (12 x 82)/130 = 7,57
3. Nilai E untuk kategori SD di bawah garis kemiskinan = (37 x 48)/130 = 13,66
4. Nilai E untuk kategori SD di atas garis kemiskinan = (37 x 82)/130 = 23,34
5. Nilai E untuk kategori SMP di bawah garis kemiskinan = (31 x 48)/130 = 11,45
6. Nilai E untuk kategori SMP di atas garis kemiskinan = (31 x 82)/130 = 19,55
7. Nilai E untuk kategori SMA di bawah garis kemiskinan = (26 x 48)/130 = 9,60
8. Nilai E untuk kategori SMA di atas garis kemiskinan = (26 x 82)/130 = 16,40
9. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di bawah garis kemiskinan = (24 x 48)/130 = 8,86
10. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di atas garis kemiskinan = (24 x 82)/130 = 15,14
Hitung nilai Chi square (x^2)
TABEL CHI-SQUARE
4. Kriteria
Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai x^2 hitung = 26,586, yaitu lebih besar darinilai x^2 tabel yaitu 9,488, sehingga kita harus menerima HA. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa ada kaitan yang signifikan antara keadaan ekonomi seseorang dengan tingkat pendidikannya (lihat lagi hipotesis di atas, khususnya bunyi hipotesis HA).
Catatan: kata signifikan berasal dari α = 0,05.
Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai x^2 hitung = 26,586, yaitu lebih besar darinilai x^2 tabel yaitu 9,488, sehingga kita harus menerima HA. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa ada kaitan yang signifikan antara keadaan ekonomi seseorang dengan tingkat pendidikannya (lihat lagi hipotesis di atas, khususnya bunyi hipotesis HA).
Catatan: kata signifikan berasal dari α = 0,05.
2. Menguji
proporsi
Contoh kasus (1):
Menurut teori genetika (Hukum Mendel I)
persilangan antara kacang kapri berbunga merah dengan yang berbunga putih akan
menghasilkan tanaman dengan proporsi sebagai berikut: 25% berbunga merah, 50%
berbunga merah jambu, dan 25% berbunga putih. Kemudian, dari suatu
penelitian dengan kondisi yang sama, seorang peneliti memperoleh hasil
sebagai berikut, 30 batang berbunga merah, 78 batang berbunga merah jambu, dan 40
batang berbunga putih. Pertanyaannya adalah apakah hasil penelitian si
peneliti tersebut sesuai dengan Hukum Mendel atau tidak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa
menggunakan uji chi-square, sebagai berikut:
1. Buatlah
hipotesis
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
2. Lakukan
analisis
Kategori
|
Merah
|
Merah
Jambu
|
Putih
|
Jumlah
|
Pengamatan
(O)
|
30
|
78
|
40
|
148
|
Diharapkan
(E)
|
37
|
74
|
37
|
148
|
Proporsi diharapkan (E) dicari berdasarkan rasio
1:2:1, sebagai berikut:
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Putih
= 1/4 x 148 = 37
Df = (kolom -1)(baris -1) = (3-1)(2-1) = 2
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Terima H0 jika x^2 hitung< x^2 tabel
Tolak H0 jik x^2 hitung≥ x^2 tabel
Terima H0 jika x^2 hitung< x^2 tabel
Tolak H0 jik x^2 hitung≥ x^2 tabel
Kesimpulan
Dari hasil analisis data, diperoleh x^2 hitung< x^2 tabel, maka H0 diterima.
Artinya, rasio hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan rasio menurut Hukum Mendel (lihat bunyi hipotesis pada H0).
Dari hasil analisis data, diperoleh x^2 hitung< x^2 tabel, maka H0 diterima.
Artinya, rasio hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan rasio menurut Hukum Mendel (lihat bunyi hipotesis pada H0).
Contoh Kasus (2):
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia.Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia.Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
PERHITUNGAN :
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Kemudian tentukan nilai observasi (O) dan nilai
ekspektasi (E) :
Selanjutnya masukan dalam rumus :
sekarang kita menentukan nilai tabel pada taraf
nyata/alfa = 0.05. Sebelumnya kita harus menentukan nilai df-nya. Karena tabel
kita 2×2, maka nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
Dari tabeli kai kudrat di atas pada
df=1 dan alfa=0.05 diperoleh nilai tabel = 3.841.
KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa
χ2 hitung < χ2 tabel, sehingga Ho
gagal ditolak.
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square
adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua
variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal.
Rumusnya adalah:
Fungsi uji chi square adalah untuk melihat apakah
suatu pernyataan dapat dinyatakan benar atau tidak berdasarkan hasil
perhitungannya
DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:
Posting Komentar