CHAPTER 1
ACCOUNTING IN ACTION AND
BASIC ACCOUNTING EQUATION
Persamaan Dasar
Akuntansi
Akuntansi merupakan sebuah metode
pencatatan keuangan bisnis yang sistematis dan komprehensif. Sebagai sebuah
disiplin ilmu, akuntansi memiliki kaidah yang baku dalam mencatat dan
menyajikan data keuangan. Kaidah akuntansi yang paling mendasar yang harus
dipahami oleh seorang pembelajar akuntansi yaitu persamaan dasar akuntansi.
Pengertian
Persamaan Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi atau
persamaan akuntansi adalah sebuah persamaan matematis yang menyatakan hubungan
antara komponen-komponen dalam akuntansi yang disebut dengan akun misalnya aset
(harta), liabilitas (kewajiban), ekuitas (modal).
Dalam praktiknya, akuntansi memiliki
beberapa persamaan. Namun, ada satu persamaan akuntansi yang menjadi dasar
sistem pencatatan akuntansi itu sendiri yaitu persamaan neraca. Persamaan
neraca akuntansi ini menyatakan hubungan matematis antara aset, liabilitas dan
ekuitas.
Persamaan
Akuntansi
Jika dinyatakan
secara matematis, persamaan neraca adalah sebagai berikut:
Aset = Liabilitas
+ Ekuitas ….. (Persamaan 1)
Persamaan ini menyatakan bahwa aset
atau harta yang dimiliki oleh sebuah entitas akuntansi nilainya sama dengan
jumlah liabilitas dan ekuitasnya.
Sebagai contoh, seorang yang membuka
sebuah unit bisnis dengan modal sendiri dan pinjaman dari bank, maka dilihat
dari ‘kacamata’ entitas bisnis, entitas bisnis tersebut memiliki harta atau
aset yang besarnya sama dengan modal sendiri (ekuitas) ditambah dengan pinjaman
dari bank (liabilitas). Dengan kata lain,
Aset yang
dimiliki bisnis = Modal dari Pemiliki + Pinjaman dari Bank
Selain persamaan neraca, pada
akuntansi dikenal persamaan lain yaitu persamaan laba/rugi. Pada persamaan
laba/rugi dinyatakan bahwa laba atau rugi sebuah entitas bisnis besarnya sama
dengan selisih antara pendapatan (income) dan beban (expense).
Jika dituliskan
secara matematis, persamaan laba rugi sebagai berikut:
Laba/Rugi =
Pendapatan – Beban ….. (Persamaan 2)
Jika selisih antara Pendapatan dan
Beban bernilai Positif, harta yang dimiliki oleh entitas mengalami kenaikan.
Kondisi seperti ini disebut dengan Laba.
Sedangkan jika selisih antara
Pendapatan dan Beban bernilai negatif, harta yang dimiliki oleh entitas bisnis
mengalamai penurunan dan disebut dengan kondisi Rugi.
Laba atau Rugi sebuah perusahaan ini
kemudaian akan menjadi tambahan atau pengurangan nilai aset. Jika kedua
persamaan di atas digabung, akan menghasilkan persamaan baru sebagai berikut:
Aset = Liabiltas
+ Ekuitas + Laba/Rugi … (Persamaan 3)
Sehingga,
persamaannya menjadi
Aset = Liabilitas
+ Ekuitas + (Pendapatan – Beban) …. (Persaman 4)
CHAPTER 2
THE RECORDING PROCESS
1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi (accounting) dapat
dipahami sebagai suatu proses kegiatan mengolah data keuangan(input) agar
menghasilkan informasi keuangan (ouput) yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan atau organisasi ekonomi yang bersangkutan. Transaksi
adalah kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan,atau
yang mengakibatkan berubahnya jumlah atau komposisi persamaan antara kekayaan
dan sumber pembelanjaan.
2. Proses Pencatatan Transaksi Keuangan
Setiap
transaksi keuangan yang dilakukan harus disertai dengan bukti. Bukti merupakan
salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa
transaksi telah dilakukan. Berikut macam-macam bukti transaksi :
Bukti transaksi internal
·
Memo antar bagian
: dibuat oleg bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan untuk kepentingan
perusahaan itu sendiri. Digunakan sebagai dasar pencatatan selanjutnya.
·
Memorial post :
merupakan bukti yang menunjukkan adanya keputusan.
Bukti transaksi eksternal
·
Faktur : adalah
bukti penjualan barang yang dilakukan secara kredit yang dibuat oleh pihak
penjual dan diberikan kepada pihak pembeli. Dibuat rangkap, yang asli diberikan
kepada pembeli sebagai bukti pencatatan pembelian barang, sedangkan salinannya
dipegang oleh penjual sebagai bukti pencatatan penjualan barang.
·
Kwitansi :
merupakan bukti transaksi bahwa yang bersangkutan telah menerima uang atau
telah membayar secara tunai.
·
Nota kredit :
bukti transksi penerimaan kembali barang yang telah dijual secara kredit(retur
penjualan), atau pengurangan faktur karena barang sebagian rusak atau kualitas
yang tidak sesuai barang dengan pemesanan.
·
Nota debit :
bukti transaksi pengiriman kembali barang yang telah dibeli karena sebagian
barang yang beli ada yang rusak atau tidak sesui pesanan.
·
Cek : adalah
surat perintah yang dibuat oleh pihak yang mempunyai rekeningdi Bank,agar Bank
membayar sejumlah uang kepada pihak yang namanya tercantum dalam cek tersebut.
Pihak-pihak yang berhubungan dalam pengeluaran cek terssebut adalah :
·
Pihak penarik,
yaitu pihak yang mengeluarkan dan menandatangani cek tersebut.
·
Pihak penerima,
yaitu pihak yang menerima pembayaran cek tersebut.
·
Bilyet giro :
merupakan surat perintah dari nasabah suatu bank kepada bank yang bersangkutan,
untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekeningnya kedalam rekening yng
namanya tertulis dalam bilyet giro pada bank yang sama atau bank yang lain.
Penggunaan bilyet giro dalam lalu lintas pembayaran dianggap lebih praktis dan
memudahlan administrasi pada bank-bank yang bersangkutan.
3. Analisis Bukti Transaksi
Bukti
transaksi adalah bukti adanya peristiwa yang berhubungan dengan keuangan.
Fungsinya sebagai dasar pencatatan akuntansi, sebagai bukti tertulis bila
terjadi peristiwa hukum dimasa yang akan datang,dan sebagai dasar, pencatatan,penerimaan,pengeluaran
keuangan. Jadi, fungsi Analisis Bukti Transaksi yaitu untuk menentukan apakah
perkiraan haru didebet atau dikredit.
4. Jurnal
Merupakan
catatan yang tersusun secara sistematis dan berdasarkan kronologis dari
transaksi-transaksi finansial yang jumlahnya dan keterangannya ringkas. Jurnal
disebut juga “book of original entry”.
Fungsi Jurnal :
·
Fungsi pencatatan
~ artinya semua transaksi yang terjadi berdasarkanbukti dokumen yang ada harus
dicatat seluruhnya.
·
Fungsi historis ~
artinya transaksi dicatat sesuai kejadian waktunya.
·
Fungsi analisis ~
artinya setiap transaksi yang dicatat dalam jurnal harus merupakan analisis
dari bukti-bukti transaksi..
·
Fungsi instruktif
~ artinya pencatatan dalam jurnal merupakan instruksi atau perintah untuk
melakukan postingan debet/kredit kedalam buku besar.
·
Fungsi informatif
~ artinya jurnal dapat memberikan informasi transaksi yang terjadi.
Jurnal terbagi menjadi 2 yaitu :
·
Jurnal umum, Juirnal
yang mencatat seluruh transaksi dlam satu kesatuan(berdasarkan urutan waktu).
·
Jurnal khusus, Dipergunakan
untuk mencatat transaksi-transaksi secara spesifik berdasarkan jenis.sesuai
kebutuhan perusahaan.
5. Neraca saldo
Neraca saldo adalah daftar yang berisi kumpulan
seluruh rekening/perkiraan Buku Besar. Neraca saldo biasanya disiapkan pada
akhir periode atau dapat disiapkan kapan saja untuk memastikan keseimbangan
Buku Besar
6. Jurnal penyesuaian
Setelah
transaksi dicatat seluruhnya kedalam jurnal dan buku besar,kemudian dibuat
neraca percobaan(trial balance)yang angka-angkanya diambil dari saldo Buku
Besar. Neraca percobaan berguna untuk menguji ketepatan pencatatan transaksi
kedalam buku jurnal dan buku besar
7.Neraca jalur
Neraca
jalur merupakan kertas berkolom(berlajur)yang digunakan sebagai kertas kerja
untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan perusahaan secara sistematis.
Pemakaian neraca jalur bermanfaat bagi perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangan,memeriksa data(rekening dan jumlah saldo)yang disajikan dalam laporan
keuangan,dapat menunjukkan bahwa prosedur-prosedur yang dilakukan untuk
menyusun laporan keuangan telah dilaksanaka,dan dapat mempermudah menentukan
kesalahan yang mungkin dilakukan.
8. Jurnal penutup
Pada
akhir periode setelah laporan keuangan tersusun, suatu perusahaan masih harus
membuat jurnal yaitu jurnal penutup. Jurnal penutup digunakan untuk menutup
rekening-rekening nominal yaitu pendapatan dan biaya.
9.Penyusunan laporan keuangan
Tujuan
penyusunan laporan keuangan untuk memberikan informasi yang relevan pada
pihak-pihak diluar perusahaan
10.Neraca saldo setelah penutupan
Setiap
perkiraan yang belum sesuai pada akhir periode akuntansi dilakukan
penyesuaian,hal ini dipandang perlu karena: ada suatu transaksi yang terjadi
tetapi belum dilakukan pencatatan pada perkiraan yang tertentu.
Melakukan pemeriksaaan dari saldo perkiraan
agar menunjukkan saldo yang sebenanrnya.
11. jurnal pembalik
Jurnal
pembalik ini bukan merupakan keharusan dalam proses akuntansi,akan tetapi untuk
menyederhanakan akan lebih baik bila dilakukan.
CHAPTER 3
ADJUSTING THE ACCOUNTS
A. PENGERTIAN
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun setiap buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan Penyesuaian :
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun setiap buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan Penyesuaian :
– Setiap rekening riil, khususnya rekening aktiva dan rekening utang menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode
– Setiap rekening nominal, khususnya rekening pendapatan dan beban menunjukkan
pendapatan
dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu pendapatan dan beban dari suatu
periode dengan periode yang lain.
B. REKENING YANG HARUS DISESUAIKAN
Tidak semua akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Penyusutan aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
7. Koreksi kesalahan mencatat
Tidak semua akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Penyusutan aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
7. Koreksi kesalahan mencatat
C. PENCATATAN JURNAL PENYESUAIAN
1. Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta(aktiva), tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
1. Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta(aktiva), tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
Contoh
dari akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar
di muka, iklan dibayar di muka, bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai harta
– dicatat sebagai beban
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai harta
– dicatat sebagai beban
2. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan ini timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Contoh dari akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, bunga diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai utang (kewajiban)
– dicatat sebagai pendapatan
Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan ini timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Contoh dari akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, bunga diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai utang (kewajiban)
– dicatat sebagai pendapatan
3. Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih
harus diterima
Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima pembayarannya.
Contoh akun pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus diterima (piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan sebagainya.
Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima pembayarannya.
Contoh akun pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus diterima (piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan sebagainya.
4. Utang beban / Beban yang masih harus
dibayar
Utang beban / Beban yang masih harus
dibayar adalah beban yang sudah menjadi kewajiban dilihat dari segi waktu
tetapi belum dicatat atau dilakukan pembayarannya.
Contoh akun beban yang masih harus
dibayar adalah gaji yang masih harus dibayar, bunga yang masih harus dibayar,
dan sebagainya.
5. Penyusutan
aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap adalah
berkurangnya kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan manfaat ekonomis
secara berangsur-angsur sejalan dengan perjalanan waktu.
Contoh akun aktiva tetap adalah
peralatan kantor, peralatan toko, kendaraan, mesin, gedung, tanah, dan
sebagainya.
Besarnya nilai penyusutan aktiva
tetap dicatat sebagai beban penyusutan aktiva tetap (D), tetapi tidak langsung
dicatat pada aktiva tetap yang bersangkutan karena aktiva tetap harus dicatat
sebesar harga perolehannya, akun yang dipakai adalah akumulasi penyusutan
aktiva tetap (K) yang merupakan akun kontra aktiva tetap tersebut.
6. Pemakaian
perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang
dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang habis terpakai dalam jangka waktu
satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus dihitung berapa perlengkapan
yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang masih tersisa.
Contoh akun perlengkapan adalah
perlengkapan toko, perlengkapan kantor, dan sebagianya.
Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta
(aktiva)
b. sebagai beban
CHAPTER 4
COMPLENTING THE ACCOUNTING CYCLE
1. TRANSAKSI
Transaksi usaha adalah kejadian yang
dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suatu badan usaha dan juga sebagai hal
yang handal/wajar untuk dicatat.
Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan
adanya dokumen. Sebagai contoh transaksi yang dapat terjadi dalam suatu
perusahaan adalah: pembayaran rekening telepon bulanan, pembelian barang
dagangan secara kredit, pembelian tanah dan gedung, dan lain sebagainya.
Suatu transaksi tertentu dapat
menimbulkan peristiwa atau keadaan yang mengakibatkan transaksi lainnya.
Misalnya, pembelian barang dagangan secara kredit akan disusul dengan transaksi
lainnya, yaitu pembayaran kepada kreditor.
2. PEMBUATAN BUKTI ASLI.
Sebagaimana disebutkan diatas transaksi yang
terjadi biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Suatu transaksi baru
dikatakan sah atau benar bila didukung oleh bukti- bukti yang sah, akan tetapi
harus pula disadari bahwa ada transaksi-transaksi yang tidak mempunyai bukti
secara tertulis, misalnya pencurian barang dagangan. Transaksi ini merupakan
transaksi yang bersifat luar biasa.
Semua transaksi baik yang terjadi
secara rutin atau tidak merupakan bahan untuk menyusun laporan keuangan dengan
jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih lanjut
Bukti-bukti asli yang dapat mendukung setiap
terjadinya transaksinya transaksi antara lain : kwitansi, faktur dan bentuk –
bentuk lain :
·
Kwitansi Kwitansi
merupakan bukti bahwa seseorang atau badan hukum telah menerima sejumlah uang
tunai.
·
Faktur Penjualan
atau Pembelian Setiap penjualan secara kredit memerlukan bukti yang disebut
faktur. Bagi si penjual faktur tersebut merupakan faktur penjualan sebaliknya
faktur yang dikirimkan kepada sipembeli merupakan faktur pembelian.
·
Bukti-bukti lain
Disamping kwitansi dan faktur terdapat bukti lain, misalnya: nota-nota dari
Bank (nota debet atau nota kredit) , serta bukti pengirirnan atau penerimaan
barang
3.
PENCATATAN DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).
Transaksi dicatat pertama kali yang disebut
Buku Harian (Jurnal). Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi
entitas.
Sebagaimana di tunjukkan oleh nama-nma kolom,
jurnal memberikan informasi berikut:
Tanggal, merupakan hal yang sangat penting
karena memungkinkan kapan terjadinya transaksi
Nama perkiraan.
1.
Kolom
debet, menunjukkan jumlah yang didebet.
2.
Kolom
kredit, menunjukkan jumlah yang dikredit.
Proses
pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini:
a)
Mengidentifikasikan
transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip deposito bank, penerimaan
penjualan dan cek.
b)
Menentukan
setiap perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan
mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau modal).
c)
Menetapkan
apakah setiap perkiraan tersebut mengalami penambahan atau pengurangan yang
disebabkan oleh transaksi itu.
d)
Menetapkan
apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan.
e)
Memasukkan
transaksi tersebut kedalam jurnal.
4. PENCATATAN BUKU BESAR DAN BUKU
TAMBAHAN.
a. Buku Besar (Ledger)
Untuk memudahkan menyusun informasi
yang akan diberikan kepada pihakpihak yang memerlukannya terutama pimpinan
perusahaan rnaka perkiraanperkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian
tersebut harus pula dipisahpisahkan atau digolongkan menurut jenisnya.
Menggolongkan perkiraan menurut
jenis perkiraan tersebut dinamakan menyusun buku besar besar itu merupakan
penggolongan perkiraan menurut jenisnya.
Jumlah
buku besar yang dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan
yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi perusahaan tersebut, karena
masing-masing jenis besarnya sendiri- sendiri.
Judul
kolom yang mengidentifikasikan perkiraan buku besar menampilkan: Tanggal, Kolom
item, Kolom debet, berisi jumlah yang didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah
yang dikredit.
Pemindah
bukuan perkiraan memiliki buku berarti memindahkan jumlah dari jurnal kedalam
perkiraan yang sesuai dalam buku besar. Debet dalam jurnal dipindahkan sebagai
debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit dalam
buku besar.
5. NERACA LAJUR
Setelah seluruh transaksi selama periode
dibukukan di buku besar, dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat
perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah
suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah
total debet sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca saldo merupakan suatu
alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.
6.
LAPORAN KEUANGAN
Cara penyiapan laporan keuangan yang
terbaik adalah mempersiapkan laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan
laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting
yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau periode yang
dicakup laporan, rangka laporan tersebut.
Panah-panah
yang terdapat dalam Gambar 5, 6 dan 7, menunjukkan hubungan antara laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a.
Laporan
laba rugi mencerminkan laba bersih atau kerugian bersih yang diperoleh dengan
mengurangkan beban dari pendapatan. Karena pendapatan dan beban juga merupakan
perkiraan Laporan Perubahan Posisi Keuangan, maka selisih antara pendapatan dan
beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan dipindahkan kedalam Laporan
Perubahan Posisi Keuangan. Jika diperhatikan, laba, bersih pada Gambar 5
sebesar Rp.3.525.000,- menambah modal pemilik dalam gambar 6. Suatu kerugian
bersih akan mengurangi modal pemilik
b.
Modal
adalah dalam neraca, jadi nilai sisa akhir dalam Laporan Perubahan Posisi
Keuangan akan dipindahkan kedalam neraca. Nilai ini merupakan elemen
keseimbangan yang paling akhir dalam neraca.
7. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup ialah ayat jurnal yang
memindahkan nilai sisa pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dari
masing-masing perkiraan ke dalam perkiraan modal.
Pendapatan yang akan menambah modal
pemilik dan beban serta pengambilan pribadi akan mengurangi modal pemilik. Pada
saat ayat penutup dipindah bukukan maka perkiraan modal akan menyerap dampak
dari nilai sisa perkiraan sementara tersebut. Walau demikian, pendapatan dan
beban akan dipindahkan terlebih dahulu kedalam perkiraan yang bernama Ikhtisar
Laba Rugi, yang akan mengumpulkan jumlah total debet dari seluruh jumlah beban
dan total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan
Ikhtisar lata rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara
yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai sisa dari Ikhtisar
laba rugi tersebut akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan
perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1.
Mendebet
setiap perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya. Mengkredit Ikhtisar
laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah
total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2.
Mengkredit
setiap perkiraan beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet Ikhtisar laba rugi
sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total beban ke
dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.
CHAPTER 5
ACCOUNTING FOR MERCHANDISING OPERATION
A.
Pengertian
Perusahaan Dagang
Perusahaan Dagang adalah perusahaan
yang kegiatan usahanya membeli barang dagangan dengan tujuan untuk dijual
kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk.
B.
Akun Khusus
Perusahaan Dagang
1. Akun Khusus Perusahaan
Dagang
a)
Pembelian
b)
Potongan
Pembelian
c)
Retur Pembelian
dan Pengurangan Harga
d)
Beban Angkut
Pembelian
e)
Penjualan
f)
Potongan
Penjualan
g)
Retur Penjualan
dan Pengurangan Harga
h)
Beban Angkut
Penjualan
i)
Persediaan barang
dagangan
2. Syarat
Pembayaran
a)
n/30 artinya
pembeli harus melunasi harga barang paling lambat 30 hari selelah tanggal
transaksi
b)
2/10,n/30 artinya
potongan 2% akan diberikan bila pembeli melunasi harga barang paling lambat 10
hari setelah tanggal transaksi, sedang jangka waktu kredit 30 hari
c)
EOM (End of
Month), artinya harga neto faktur harus dilunasi paling lambat akhir bulan
d)
n/10, EOM artinya
harga neto faktur harus dilunasi paling lambat 10 hari setelah akhir bulan
3. Syarat
Penyerahan Barang
a)
Frangko Gudang
Penjual, Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pembeli
(barang diserahkan di gudang penjual)
b)
Frangko Gudang
Pembeli, Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual
(barang diserahkan di gudang pembeli)
c)
CIFIC ( Cost,
Insurance, anf Freight Inclusive Commmanition), Artinya pihak penjual
menanggung biaya pengiriman barang dan premi asuransi kerugian atas berang
tersebut
d)
Free on Board
(FOB) Shipping Point, Artinya ongkos angkut di gudang penjual dan ongkos
menaikkan barang ke atas kapal menjadi tanggungan penjual, sedang sisanya
(ongkos kapal, ongkos menurunkan barang dari kapal, dan ongkos angkut dari
pelabuhan sampai gudang pembeli) menjadi tanggungan pembeli
e)
Free on Board
(FOB) Destination Point , Artinya, ongkos
dari gudang penjual, ongkos menaikkan barang ke kapal dan ongkos kapal menjadi
tanggungan penjual sedang sisanya (ongkos menurunkan barang dari kapal, dan
ongkos angkut dari pelabuhan sampai gudang pembeli)
c. Jurnal Perusahaan Dagang
a)
Jurnal Pembelian,
digunakan untuk mencatat pembelian (barang dagangan dan barang lainnya) secara
kredit
b)
Jurnal
Pengeluaran Kas, digunakan untuk mencatat pengeluaran uang dalam berbagai
tujuan
c)
Jurnal Penjualan,
digunakan untuk mencatat penjualan (barang dagangan dan barang lainnya) secara
kredit
d)
Jurnal Penerimaan
Kas, digunakan untuk mencatat penerimaan uang dari berabagai sumber
e)
Jurmal Umum,
digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak bias dicatat dalam jurnal khusus
E. Harga pokok
penjualan
1.
pengertian harga
pokok penjuakan, adalah harga perolehan dari harga yang terjual
2.
unsur-unsur harga
pokok penjualan
a)
persediaan barang
dagang awal
b)
persediaan barang
dagang akhir
c)
pembelian
d)
beban angkut
pembelian
e)
retur pembelian
dan pengurangan harga
f)
potongan
pembelian
3.
rumus harga pokok
penjualan
a)
HPP : persediaan
awal + pembelian bersih – persediaan akhir
b)
Pembelian bersih
: pembelian + beban angkut pembelian – (retur pembelian dan pengurangan harga +
potongan pembelian )
c)
Barang yang
tersedia untuk dijual : persediaan awal + pembelian bersih
CHAPTER 6
INVENTORY
A.
Persediaan Pada
Perusahaan Dagang
Perusahaan yang dimaksud dalam hal
ini adalah barang dagangan yang diperoleh oleh perusahaan dengan maksud untuk
dijual, jadi dalam perusahaan dagang tidak
terjadi suatu proses untuk mengubah barang tersebut yang diperoleh dari
perusahaan industri.
Untuk perusahan
dagang memiliki jenis barang yang terdiri dari:
1.
Persediaan
perlengkapan (Inventory Of Supplies), Merupakan barang yang yang dimiliki
perusahaan yang fungsinya untuk memperlancar penjualan barang dagangan yang
terdiri dari perlengkapan kantor, toko dan gudang.
2.
Persediaan barang
dagangan (Merchandise Inventory), Merupakan barang-barang yang diperoleh
perusahaan untuk dijual kembali tanpa melakukan perobahan atas barang tersebut.
Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur
Aktivitas pada perusahaan manufaktur
dimulai sejak mengelola bahan baku melalui suatu proses produksi sehingga
menjadi barang jadi untuk dijual. Persediaan yang ada di perusahaan manufaktur
berbeda dengan perusahaan dagang. Yang ada dalam perusahaan manufaktur juga
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
1.
Bahan Baku, adalah
barang-barang yang akan menjadi bagian dari proses produksi yang akan dapat
dengan mudah indentifikasi biayanya.
2.
Barang Dalam
Proses, adalah barang-barang yang sedang
dikerjakan (diproses) tetapi pada
tanggal neraca barang-barang tersebut belum selesai dikerjakan dan masih
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
3.
Barang Jadi, yaitu barang-barang yang sudah selesai
dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya.
Pengertian persediaan adalah
menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal
perusahaan, serta untuk perusahaan manufaktur barang yang telah di produksi
atau ditempatkan dalam produksi. Adapun pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli perusahaan untuk
dijual kembali, yang diproses ataupun tanpa diproses terlebih dahulu.
Sistem Pencatatan Persediaan
Ada dua macam
metode pencatatan persediaan yaitu :
1.
Sistem periodikal
(physical System), Harus dilakukan dengan melakukan perhitungan pengukuran
penimbangan pada akhir periode.
2.
Sistem perpetual
(perpetual system), Pencatatan yang dilakukan secara terus menerus setiap kali
ada pembelian dan pemakaian.
1.
Sistem Periodik
(Metode Fisik)
Dalam sistem fisik atau periodik,
perhitungan dan pencatatan terhadap penambahan, pengurangan, dan saldo rekening
persediaan hanya dilakukan sekali dalam satu periode yaitu pada akhir periode.
Metode ini digunakan pada perusahaan perusahaan yang menjual barang dengan
harga yang relatif murah tetapi frekuensi penjualan sangat sering.
Pencatatan persediaan dengan
menggunakan sistem periodik ini dapat memberikan laporan intern (jangka
pendek). jika jumlah persediaan cukup banyak maka membutuhkan waktu yang cukup
lama sehingga menghambat laporan keuangan yang diperlukan.
2.
Sistem Perpetual
(Metode Buku)
Sistem perpetual adalah suatu metode
pencatatan persediaan yang dilakukan secara terus menerus, setiap ada transaksi
baik pembelian maupun penjualan dilakukan pencatatan terhadap persediaan
sebesar harga pokoknya dengan demikian setiap saat saldo perkiraan persediaan
menunjukkan saldo
persediaan yang sebenarnya maka pada
akhir periode akuntansi (pada saat menyusun laporan keuangan) tidak diperlukan
ayat jurnal penyesuaian terhadap persediaan.
Dalam hal ini
perlu dijelaskan bahwa pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan adalah
berdasarkan harga pokok baik transaksi pembelian, retur pembelian, penjualan,
retur penjualan, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian.
Metode pencatatan perpetual
merupakan cara yang lebih mudah untuk mencatat persediaan dibandingkan dengan
metode periodik, karena metode perpetual dapat membantu penyusunan neraca
laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam
gudang.
B.
Penilaian
Persediaan
Tujuan dilakukan metode ini adalah
untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang saling berkaitan dalam rangka
menghitung laba bersih pada akhir periode atau pada waktu penutupan atau dalam
menyusun laporan keuangan. Persediaan harus dihitung menurut persatuannya maupun
nilainya karena persediaan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan untuk tahun yang
bersangkutan.
Adapun tujuan
dilakukan metode alokasi harga pokok persediaan adalah :
1.
Tujuan yang utama
adalah untuk menghitung laba rugi dengan membandingkan biaya dengan hasil
penjualan.
2.
Untuk menyajikan
nilai, informasi secara teratur dalam perusahan.
3.
Untuk memberikan
informasi mengenai persediaan yang meningkatkan para investor dan para pemakai
lainnya.
Menurut ikatan
Akuntan Indonesia ada beberapa metode penilaian persediaan :
1.
Metode FIFO
2.
Metode LIFO
3.
Metode Rata-rata
(Average)
4.
Metode
Identifikasi Khusus
5.
Metode Eceran
CHAPTER 7
ACCOUNTING FOR RECEIVABLE
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah tagihan yang
ditujukan baik itu kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang
akan diterima dalam bentuk kas (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang menurut Al Haryono Jusup (2005 : 52)
merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli
yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Piutang timbul karena adanya
penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.
2.Jenis
–Jenis Piutang
Pada
umumnya piutang diklasifikasikan menjadi piutang dagang/usaha, piutang wesel
dan piutang lain-lain.
1.
Piutang
dagang / piutang usaha Piutang dagang terjadi karena adanya transaksi penjualan
secara kredit kepada pihak lain/perusahaan lain. Piutang dagang adalah tagihan
kepada pelanggan yang sifatnya terbuka, dalam arti bahwa tagihan ini tidak
disertai instrument kredit. Piutang dagang berasal dari penjualan barang
dagangan dan jasa secara kredit dalam operasi usaha normal (Slamet sugiri, 2009
: 43)
2.
Piutang
wesel Piutang wesel adalah klaim yang dibuktikan dengan instrument kredit secara
formal. Instrument kredit ini mesyaratkan debitor untuk membayar dimasa yang
akan datang pada tanggal yang sudah ditentukan misalnya minimal 60 hari setelah
tanggal penandatanganan wesel (Slamet sugiri, 2009 : 43) .Piutang wesel
merupakan janji tertulis yang dibuat oleh pihak debitor (yang berutang) kepada
pihak kreditor (yang memberi utang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang
tertera dalam surat janji tersebut pada waktu yang telah ditentukan dimasa yang
akan datang. Jangka waktu piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
3.
Piutang
lain-lain Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada
pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain
yang tidak berkaitan dengan usaha (Slamet sugiri, 2009 : 43). Piutang lain-lain
terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang
maupun piutang wesel. (Al Haryono Jusup, 2005 : 53).
PIUTANG DAGANG
Hal-hal
yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :
1.
Pengakuan Piutang Dagang Piutang dagang diakui/dicatat pada saat :
a)
perusahaan
memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit.
b)
Terjadi
retur dan potongan penjualan
c)
Adanya
pelunasan.
2.
Penilaian Piutang
Dagang
Menurut
Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam
neraca sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah
piutang setelah dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak tertagih (CKP).
3. Pengalihan Piutang
Dagang Pengalihan piutang adalah perusahaan
mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada pihak lain (lembaga keuangan,
bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk mempercepat penerimaan kas dari
piutangnya.
Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan
piutangnya karena:
1.
situasi
dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh
pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan
sedapat dan secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
2.
Penagihan
piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga memerlukan
biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari
jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih
cepat.
Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :
·
Penjualan
piutang
·
Penggadaian/penjaminan
piutang
·
Penjualan
dengan kartu kredit.
Penjualan
Piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada
bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual piutang perusahaan harus
memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar utangnya kepada
pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutan ditanggung oleh pihak pembeli
piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang
untuk menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan
laian-lain yang akan mengurangi hasil penagihan piutang.
CHAPTER 8
PLANT ASSET, NATURAL RESOURCES, AND
INTANGIBLE ASSET
A. Definisi
Aset Tetap
Aset tetap merupakan salah satu pos
di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan
aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai
nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya.
Pengertian Aset Tetap dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan
pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang
dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah
juga harus mencatat hak atas tanah
sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah
tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak
termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap
di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada
masyarakat.
B. Klasifikasi Aset Tetap
Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca
diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut
ini:
1.
Tanah,
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai
tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
2.
Peralatn
dan Mesin, Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah
peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam
kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan
dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan
alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi,
dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat
persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi,
pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat
peraga; dan unit peralatan proses produksi.
3.
Gedung
dan Bangunan, Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah
gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi
siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain:
bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.
4.
Jalan,
Irigasi, dan Jaringan, Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam
aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang
termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan,
bangunan air, instalasi, dan jaringan.
5.
Aset
Tetap Lainnya, Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi
aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan
barang bercorak seni/budaya/olah raga.
6.
Konstruksi
dalam Pengerjaan, Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun
seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan ini akan dibahas lebih lanjut dalam
modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan, sehingga dalam modul ini tidak
akan dibahas secara khusus.
Aset
Tidak Berwujud
1. Definisi
Aset Tidak Berwujud
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8
(revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset
non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Aset ini dimiliki untuk digunakan
dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui jika
dan hanya jika:
a.
Kemungkinan
besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depa dari aktiva
tersebut, dan
b.
Biaya
perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.
2. Karakteristik Aset Tidak Berwujud
Aset
tidak berwujud memiliki tiga karakteristik utama, yaitu[1]:
a.
Kurang
memiliki eksistensi fisik, Aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan atau privilege yang diberikan kepada perusahaan yang
menggunakannya.
b.
Bukan
merupakan instrumen keuangan, Aset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan
dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen
kas di masa depan.
c.
Bersifat
jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aset tidak berwujud menyediakan
jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam aset ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.
Selain tiga karakteristik utama
tersebut, terdapat juga beberapa karakteristik pendukung aset tidak berwujud,
yaitu:
a.
Aset
tidak berwujud diperoleh melalui pencairan/pengembangan atau dibeli baik secara
terpisah atau menjadi satu dengan aset lain;
b.
Aset
tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung;
c.
Aset
tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing;
d.
Aset
tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan;
e.
Aset
tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.
3. Penilaian Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud pada awal
perolehannya harus diakui sebesar harga perolehannya, untuk periode berikutnya
aset tidak berwujud dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Penentuan harga
perolehan aset tidak berwujud bergantung pada cara perolehannya. Aset tidak
berwujud yang diperoleh melalui pembelian atau transaksi kas lainya maka harga
perolehannya adalah sebesar jumlah uang yang dibayarkan dan atau yang akan
dibayarkan. Bila aset tidak berwujud diperoleh melalui proses pertukaran dengan
aset lainnya maka harga perolehannya adalah sebesar taksiran harga pasar dari
aset yang digunakan sebagai penukar.
PSAK 19
paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
a.
harga beli,
termasuk bea masuk
(import), dan pajak pembelian yang
tidak dapat dikembalikan,
setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
b.
segala biaya
yang dapat dikaitkan
secara langsung dalam
mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Selama
umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi. Dalam
PSAK 19 (revisi 2009) dinyatakan bahwa:
·
Jumlah
yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara
sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Masa manfaat
aset tidak berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu manfaat terbatas
ataupun masa manfaat yang tidak
terbatas. Amortisasi mulai dihitung saat aset tidak berwujud siap
digunakan.
4. Masa Manfaat
Pada umumnya masa manfaat aset tidak
berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap digunakan,
terkecuali ada bukti yang menyakinkan bahwa masa manfaat suatu aset tidak
berwujud melebih 20 tahun. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
masa manfaat suatu aset tidak berwujud, antara lain:
a.
Perkiraan
pemakaian aset oleh perusahaan dan efisiensi pengelolaannya oleh tim manajemen
lain;
b.
Siklus
hidup produk yang lazin bagi aset tersebut dan informasi yang beredar mengenai
estimasi masa manfaat aset sejenis yang digunakan dengan cara yang sama;
c.
Keusangan
teknis, teknologi, atau jenis-jenis keusangan lainnya;
d.
Stabilitas
industri tempat aset tersebut beroperasi dan perubahan-perubahan dalam
permintaan pasar atas produk dan jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut;
e.
Perkiraan
tindakan oleh pesaing atau calon pesaing;
f.
Tingkat/jumlah
pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat
ekonomu masa depan dari aset dan kemampuan serta maksud perusahaan untuk
mencapai tingkat tersebut;
g.
Periode
pengendalian aset dan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya yang dikenakan
atas penggunaan aset tersebut, seperti tanggal berakhirnya sewa guna usaha yang
terkait; dan
h.
Ketergantungan
masa manfaat aset tersebut atas masa manfaat aset lainnya dari perusahaan.
5. Nilai
Sisa
Nilai
sisa suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol, kecuali:
a.
Ada
komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tersebut pada akhir masa
manfaatnya, atau
b.
Ada
pasar aktif bagi aset tersebut dan:
· Nilai sisa aset dapat ditentukan dengan
mengacu pada harga yang berlaku di pasar tersebut; dan
· Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa
yang aktif tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat aset.
6. Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Amortisasi adalah
alokasi sistematis jumlah
tersusutkan suatu aset tidak berwujud selama masa manfaatnya. Harga
perolehan aset tidak berwujud dibebankan secara periodik ke dalam perhitungan
laba rugi perusahaan. pembebanan harga perolehan aset ini disebut amortisasi.
Jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset tidak berwujud harus
dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa
manfaatnya.
Jenis-jenis
Aset Tidak Berwujud
1. Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai
hak yang menyertai berbagai produk intelektual dam pemanfaatan fasilitas pihak
lain, baik yang diperoleh dari proses internal maupun yang diperoleh dengan
cara membeli atau proses pertukaran.
a. Hak cipta (Copyright)
Adalah hak yang diberikan kepada
pengarang, pencipta, aransemen untuk menerbitkan, menjual atau mengawasi
karyanya. Hak cipta dapat dijual untuk diberikan kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Harga
perolehan hak cipta mencakup keseluruhan pengeluaran mulai saat penyusunan atau
penelitian sampai pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta
diterima. Harga perolehan hak cipta diamortisasi sepanjang masa manfaatnya.
b. Hak paten
Adalah hak yang diberikan kepada
pihak yang menemukan hal baru untuk memproduksi, menjual atau mengawasi
penemuannya dalam jangka waktu tertentu. hak paten bisa digunakan sendiri oleh
penemunya atau diserahkan kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan
c. Hak merk dagang
Adalah hak cipta dan hak untuk
menggunakan suatu tanda pengenal atau simbol atas suatu barang yang diusahakan.
Harga perolehan hak merk dagang adalah meliputi biaya perencanaan gambar atau
desain gambar, biaya sayembara pembuatan lambing, dan lain-lain termasuk biaya
pengurusan ijin merk dagang hingga sertifikat merk dagang diterima.
d. Hak franchaise
Adalah
hak untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki oleh suatu
pihak (franchisor) kepada pihak lain sebagai pengguna fasilitas (franchisee).
Franchisee hanya berhak untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya
sesuai dengan perjanjian yang disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual
atau mengalihkan hak franchaise kepada pihak lain. Bagi franchisor harga
perolehan hak franchaise adalah sebesar uang yang dikeluarkan untuk mengurus
ijin hak franchaise hingga sertifikat franchaise diterima. Sedangkan harga
perolehan hak frainchisee adalah sebesar harga yang dibayarkan kepada
franchisor.
e. Hak sewa (Leasehold)
Adalah hak untuk menggunakan aset
tetap tertentu yang diatur dalam perjanjian sewa-menyewa. Perlakuan akuntansi
terhadap pengeluaran untuk mendapatkan hak sewa tergantung bagaimana cara
pembayaran sewa dilakukan. Terdapat dua cara pembayaran sewa, yaitu:
1.Sewa
dibayar setiap periode, maka pembayaran sewa diperlakukan sebagai beban
operasional untuk periode dibayarkan sewanya.
2. Sewa
dibayar untuk beberapa periode, bila sewa yang dibayarkan itu untuk beberapa
periode yang relative pendek maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan
sebagai aset lancar dicatat dalam perkiraan sewa dibayar dimuka. Sedangkan bila
sewa dibayar dimuka untuk beberapa periode yang relatif panjang maka sewa
dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud dalam
perkiraan Hak Sewa.
Harga perolehan hak sewa adalah
meliputi pembayaran sewa kepada pemilik aset dan pengeluaran-pengeluaran lain
untuk mempersiapkan aset yang disewa tersebut siap digunakan dalam operasi
perusahaan.
f. Hak eksklusif
Dalah hak khusus yang diberikan oleh
negara untuk mengelola fasilitas publik atau sumber daya alam yang dimiliki
negara. Harga perolehan hak eksklusif meliputi biaya survei, biaya riset, biaya
pemetaan, biaya eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan berbagai fasilitas,
biaya perijinan dan biaya-biaya lain terkait dengan uapaya perolehan hak
tersebut hingga hak eksklusif tersebut dinyatakan siap untuk memberikan
kontribusinya pada operasi perusahaan.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar