CHAPTER 1 ACCOUNTING IN ACTION AND BASIC ACCOUNTING EQUATION

CHAPTER 1
 ACCOUNTING IN ACTION AND BASIC ACCOUNTING EQUATION

Persamaan Dasar Akuntansi
            Akuntansi merupakan sebuah metode pencatatan keuangan bisnis yang sistematis dan komprehensif. Sebagai sebuah disiplin ilmu, akuntansi memiliki kaidah yang baku dalam mencatat dan menyajikan data keuangan. Kaidah akuntansi yang paling mendasar yang harus dipahami oleh seorang pembelajar akuntansi yaitu persamaan dasar akuntansi.

Pengertian Persamaan Akuntansi
            Persamaan dasar akuntansi atau persamaan akuntansi adalah sebuah persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara komponen-komponen dalam akuntansi yang disebut dengan akun misalnya aset (harta), liabilitas (kewajiban), ekuitas (modal).
            Dalam praktiknya, akuntansi memiliki beberapa persamaan. Namun, ada satu persamaan akuntansi yang menjadi dasar sistem pencatatan akuntansi itu sendiri yaitu persamaan neraca. Persamaan neraca akuntansi ini menyatakan hubungan matematis antara aset, liabilitas dan ekuitas.

Persamaan Akuntansi
Jika dinyatakan secara matematis, persamaan neraca adalah sebagai berikut:

Aset = Liabilitas + Ekuitas ….. (Persamaan 1)

            Persamaan ini menyatakan bahwa aset atau harta yang dimiliki oleh sebuah entitas akuntansi nilainya sama dengan jumlah liabilitas dan ekuitasnya.

            Sebagai contoh, seorang yang membuka sebuah unit bisnis dengan modal sendiri dan pinjaman dari bank, maka dilihat dari ‘kacamata’ entitas bisnis, entitas bisnis tersebut memiliki harta atau aset yang besarnya sama dengan modal sendiri (ekuitas) ditambah dengan pinjaman dari bank (liabilitas). Dengan kata lain,

Aset yang dimiliki bisnis = Modal dari Pemiliki + Pinjaman dari Bank

            Selain persamaan neraca, pada akuntansi dikenal persamaan lain yaitu persamaan laba/rugi. Pada persamaan laba/rugi dinyatakan bahwa laba atau rugi sebuah entitas bisnis besarnya sama dengan selisih antara pendapatan (income) dan beban (expense).

Jika dituliskan secara matematis, persamaan laba rugi sebagai berikut:

Laba/Rugi = Pendapatan – Beban ….. (Persamaan 2)

            Jika selisih antara Pendapatan dan Beban bernilai Positif, harta yang dimiliki oleh entitas mengalami kenaikan. Kondisi seperti ini disebut dengan Laba.

            Sedangkan jika selisih antara Pendapatan dan Beban bernilai negatif, harta yang dimiliki oleh entitas bisnis mengalamai penurunan dan disebut dengan kondisi Rugi.

            Laba atau Rugi sebuah perusahaan ini kemudaian akan menjadi tambahan atau pengurangan nilai aset. Jika kedua persamaan di atas digabung, akan menghasilkan persamaan baru sebagai berikut:

Aset = Liabiltas + Ekuitas + Laba/Rugi … (Persamaan 3)

Sehingga, persamaannya menjadi

Aset = Liabilitas + Ekuitas + (Pendapatan – Beban) …. (Persaman 4)































CHAPTER 2
THE RECORDING PROCESS

1. Pengertian Akuntansi
            Akuntansi (accounting) dapat dipahami sebagai suatu proses kegiatan mengolah data keuangan(input) agar menghasilkan informasi keuangan (ouput) yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan atau organisasi ekonomi yang bersangkutan. Transaksi adalah kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan,atau yang mengakibatkan berubahnya jumlah atau komposisi persamaan antara kekayaan dan sumber pembelanjaan.

2. Proses Pencatatan Transaksi Keuangan
            Setiap transaksi keuangan yang dilakukan harus disertai dengan bukti. Bukti merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah dilakukan. Berikut macam-macam bukti transaksi :

Bukti transaksi internal
·        Memo antar bagian : dibuat oleg bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri. Digunakan sebagai dasar pencatatan selanjutnya.
·        Memorial post : merupakan bukti yang menunjukkan adanya keputusan.

Bukti transaksi eksternal
·        Faktur : adalah bukti penjualan barang yang dilakukan secara kredit yang dibuat oleh pihak penjual dan diberikan kepada pihak pembeli. Dibuat rangkap, yang asli diberikan kepada pembeli sebagai bukti pencatatan pembelian barang, sedangkan salinannya dipegang oleh penjual sebagai bukti pencatatan penjualan barang.
·        Kwitansi : merupakan bukti transaksi bahwa yang bersangkutan telah menerima uang atau telah membayar secara tunai.
·        Nota kredit : bukti transksi penerimaan kembali barang yang telah dijual secara kredit(retur penjualan), atau pengurangan faktur karena barang sebagian rusak atau kualitas yang tidak sesuai barang dengan pemesanan.
·        Nota debit : bukti transaksi pengiriman kembali barang yang telah dibeli karena sebagian barang yang beli ada yang rusak atau tidak sesui pesanan.
·        Cek : adalah surat perintah yang dibuat oleh pihak yang mempunyai rekeningdi Bank,agar Bank membayar sejumlah uang kepada pihak yang namanya tercantum dalam cek tersebut. Pihak-pihak yang berhubungan dalam pengeluaran cek terssebut adalah :
·        Pihak penarik, yaitu pihak yang mengeluarkan dan menandatangani cek tersebut.
·        Pihak penerima, yaitu pihak yang menerima pembayaran cek tersebut.
·        Bilyet giro : merupakan surat perintah dari nasabah suatu bank kepada bank yang bersangkutan, untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekeningnya kedalam rekening yng namanya tertulis dalam bilyet giro pada bank yang sama atau bank yang lain. Penggunaan bilyet giro dalam lalu lintas pembayaran dianggap lebih praktis dan memudahlan administrasi pada bank-bank yang bersangkutan.
3. Analisis Bukti Transaksi
            Bukti transaksi adalah bukti adanya peristiwa yang berhubungan dengan keuangan. Fungsinya sebagai dasar pencatatan akuntansi, sebagai bukti tertulis bila terjadi peristiwa hukum dimasa yang akan datang,dan sebagai  dasar, pencatatan,penerimaan,pengeluaran keuangan. Jadi, fungsi Analisis Bukti Transaksi yaitu untuk menentukan apakah perkiraan haru didebet atau dikredit.

4. Jurnal
            Merupakan catatan yang tersusun secara sistematis dan berdasarkan kronologis dari transaksi-transaksi finansial yang jumlahnya dan keterangannya ringkas. Jurnal disebut juga “book of original entry”.

Fungsi Jurnal :
·        Fungsi pencatatan ~ artinya semua transaksi yang terjadi berdasarkanbukti dokumen yang ada harus dicatat seluruhnya.
·        Fungsi historis ~ artinya transaksi dicatat sesuai kejadian waktunya.
·        Fungsi analisis ~ artinya setiap transaksi yang dicatat dalam jurnal harus merupakan analisis dari bukti-bukti transaksi..
·        Fungsi instruktif ~ artinya pencatatan dalam jurnal merupakan instruksi atau perintah untuk melakukan postingan debet/kredit kedalam buku besar.
·        Fungsi informatif ~ artinya jurnal dapat memberikan informasi transaksi yang terjadi.

Jurnal terbagi menjadi 2 yaitu :

·        Jurnal umum, Juirnal yang mencatat seluruh transaksi dlam satu kesatuan(berdasarkan urutan waktu).
·        Jurnal khusus, Dipergunakan untuk mencatat transaksi-transaksi secara spesifik berdasarkan jenis.sesuai kebutuhan perusahaan.

5. Neraca saldo
            Neraca  saldo adalah daftar yang berisi kumpulan seluruh rekening/perkiraan Buku Besar. Neraca saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau dapat disiapkan kapan saja untuk memastikan keseimbangan Buku Besar

6. Jurnal penyesuaian
            Setelah transaksi dicatat seluruhnya kedalam jurnal dan buku besar,kemudian dibuat neraca percobaan(trial balance)yang angka-angkanya diambil dari saldo Buku Besar. Neraca percobaan berguna untuk menguji ketepatan pencatatan transaksi kedalam buku jurnal dan buku besar

7.Neraca jalur
            Neraca jalur merupakan kertas berkolom(berlajur)yang digunakan sebagai kertas kerja untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan perusahaan secara sistematis. Pemakaian neraca jalur bermanfaat bagi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan,memeriksa data(rekening dan jumlah saldo)yang disajikan dalam laporan keuangan,dapat menunjukkan bahwa prosedur-prosedur yang dilakukan untuk menyusun laporan keuangan telah dilaksanaka,dan dapat mempermudah menentukan kesalahan yang mungkin dilakukan.

8. Jurnal penutup
            Pada akhir periode setelah laporan keuangan tersusun, suatu perusahaan masih harus membuat jurnal yaitu jurnal penutup. Jurnal penutup digunakan untuk menutup rekening-rekening nominal yaitu pendapatan dan biaya.

9.Penyusunan laporan keuangan
            Tujuan penyusunan laporan keuangan untuk memberikan informasi yang relevan pada pihak-pihak diluar perusahaan

10.Neraca saldo setelah penutupan
            Setiap perkiraan yang belum sesuai pada akhir periode akuntansi dilakukan penyesuaian,hal ini dipandang perlu karena: ada suatu transaksi yang terjadi tetapi belum dilakukan pencatatan pada perkiraan yang tertentu.
Melakukan pemeriksaaan dari saldo perkiraan agar menunjukkan saldo yang sebenanrnya.

11. jurnal pembalik
            Jurnal pembalik ini bukan merupakan keharusan dalam proses akuntansi,akan tetapi untuk menyederhanakan akan lebih baik bila dilakukan.





















CHAPTER 3
ADJUSTING THE ACCOUNTS

A. PENGERTIAN
            Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun setiap buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan Penyesuaian :

– Setiap rekening riil, khususnya rekening aktiva dan rekening utang menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode
– Setiap rekening nominal, khususnya rekening pendapatan dan beban menunjukkan      

            pendapatan dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode yang lain.

B. REKENING YANG HARUS DISESUAIKAN
            Tidak semua akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Penyusutan aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
7. Koreksi kesalahan mencatat

C. PENCATATAN JURNAL PENYESUAIAN
1. Beban dibayar di muka
            Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta(aktiva), tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
           
            Contoh dari akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka, bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai harta
– dicatat sebagai beban

2. Pendapatan diterima di muka
            Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan ini timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.
            Contoh dari akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, bunga diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
– dicatat sebagai utang (kewajiban)
– dicatat sebagai pendapatan

3. Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima
            Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima pembayarannya.
            Contoh akun pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus diterima (piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan sebagainya.

4. Utang beban / Beban yang masih harus dibayar
            Utang beban / Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang sudah menjadi kewajiban dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau dilakukan pembayarannya.
            Contoh akun beban yang masih harus dibayar adalah gaji yang masih harus dibayar, bunga yang masih harus dibayar, dan sebagainya.

5. Penyusutan aktiva tetap
            Penyusutan aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan manfaat ekonomis secara berangsur-angsur sejalan dengan perjalanan waktu.
            Contoh akun aktiva tetap adalah peralatan kantor, peralatan toko, kendaraan, mesin, gedung, tanah, dan sebagainya.
            Besarnya nilai penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai beban penyusutan aktiva tetap (D), tetapi tidak langsung dicatat pada aktiva tetap yang bersangkutan karena aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya, akun yang dipakai adalah akumulasi penyusutan aktiva tetap (K) yang merupakan akun kontra aktiva tetap tersebut.

6. Pemakaian perlengkapan
            Perlengkapan adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang habis terpakai dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus dihitung berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang masih tersisa.
            Contoh akun perlengkapan adalah perlengkapan toko, perlengkapan kantor, dan sebagianya.
            Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban







CHAPTER 4
COMPLENTING THE ACCOUNTING CYCLE

1. TRANSAKSI
            Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suatu badan usaha dan juga sebagai hal yang handal/wajar untuk dicatat.
             Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Sebagai contoh transaksi yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan adalah: pembayaran rekening telepon bulanan, pembelian barang dagangan secara kredit, pembelian tanah dan gedung, dan lain sebagainya.
            Suatu transaksi tertentu dapat menimbulkan peristiwa atau keadaan yang mengakibatkan transaksi lainnya. Misalnya, pembelian barang dagangan secara kredit akan disusul dengan transaksi lainnya, yaitu pembayaran kepada kreditor.

2. PEMBUATAN BUKTI ASLI.
             Sebagaimana disebutkan diatas transaksi yang terjadi biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Suatu transaksi baru dikatakan sah atau benar bila didukung oleh bukti- bukti yang sah, akan tetapi harus pula disadari bahwa ada transaksi-transaksi yang tidak mempunyai bukti secara tertulis, misalnya pencurian barang dagangan. Transaksi ini merupakan transaksi yang bersifat luar biasa.
            Semua transaksi baik yang terjadi secara rutin atau tidak merupakan bahan untuk menyusun laporan keuangan dengan jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih lanjut
             Bukti-bukti asli yang dapat mendukung setiap terjadinya transaksinya transaksi antara lain : kwitansi, faktur dan bentuk – bentuk lain :
·        Kwitansi Kwitansi merupakan bukti bahwa seseorang atau badan hukum telah menerima sejumlah uang tunai.
·        Faktur Penjualan atau Pembelian Setiap penjualan secara kredit memerlukan bukti yang disebut faktur. Bagi si penjual faktur tersebut merupakan faktur penjualan sebaliknya faktur yang dikirimkan kepada sipembeli merupakan faktur pembelian.
·        Bukti-bukti lain Disamping kwitansi dan faktur terdapat bukti lain, misalnya: nota-nota dari Bank (nota debet atau nota kredit) , serta bukti pengirirnan atau penerimaan barang

3. PENCATATAN DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).
             Transaksi dicatat pertama kali yang disebut Buku Harian (Jurnal). Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas.
             Sebagaimana di tunjukkan oleh nama-nma kolom, jurnal memberikan informasi berikut:
 Tanggal, merupakan hal yang sangat penting karena memungkinkan kapan terjadinya transaksi
 Nama perkiraan.
1.      Kolom debet, menunjukkan jumlah yang didebet.
2.      Kolom kredit, menunjukkan jumlah yang dikredit.

Proses pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini:
a)      Mengidentifikasikan transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip deposito bank, penerimaan penjualan dan cek.
b)      Menentukan setiap perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau modal).
c)      Menetapkan apakah setiap perkiraan tersebut mengalami penambahan atau pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
d)      Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan.
e)      Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.

4. PENCATATAN BUKU BESAR DAN BUKU TAMBAHAN.

a. Buku Besar (Ledger)
            Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihakpihak yang memerlukannya terutama pimpinan perusahaan rnaka perkiraanperkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian tersebut harus pula dipisahpisahkan atau digolongkan menurut jenisnya.
            Menggolongkan perkiraan menurut jenis perkiraan tersebut dinamakan menyusun buku besar besar itu merupakan penggolongan perkiraan menurut jenisnya.
Jumlah buku besar yang dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi perusahaan tersebut, karena masing-masing jenis besarnya sendiri- sendiri.
            Judul kolom yang mengidentifikasikan perkiraan buku besar menampilkan: Tanggal, Kolom item, Kolom debet, berisi jumlah yang didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah yang dikredit.
            Pemindah bukuan perkiraan memiliki buku berarti memindahkan jumlah dari jurnal kedalam perkiraan yang sesuai dalam buku besar. Debet dalam jurnal dipindahkan sebagai debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit dalam buku besar.

5. NERACA LAJUR
                Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar, dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah total debet sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.

6. LAPORAN KEUANGAN
            Cara penyiapan laporan keuangan yang terbaik adalah mempersiapkan laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama         laporan, tanggal atau periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut.
Panah-panah yang terdapat dalam Gambar 5, 6 dan 7, menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a.      Laporan laba rugi mencerminkan laba bersih atau kerugian bersih yang diperoleh dengan mengurangkan beban dari pendapatan. Karena pendapatan dan beban juga merupakan perkiraan Laporan Perubahan Posisi Keuangan, maka selisih antara pendapatan dan beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan dipindahkan kedalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Jika diperhatikan, laba, bersih pada Gambar 5 sebesar Rp.3.525.000,- menambah modal pemilik dalam gambar 6. Suatu kerugian bersih akan mengurangi modal pemilik
b.      Modal adalah dalam neraca, jadi nilai sisa akhir dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan akan dipindahkan kedalam neraca. Nilai ini merupakan elemen keseimbangan yang paling akhir dalam neraca.

7. JURNAL PENUTUP
                Jurnal Penutup ialah ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan ke dalam perkiraan modal.
            Pendapatan yang akan menambah modal pemilik dan beban serta pengambilan pribadi akan mengurangi modal pemilik. Pada saat ayat penutup dipindah bukukan maka perkiraan modal akan menyerap dampak dari nilai sisa perkiraan sementara tersebut. Walau demikian, pendapatan dan beban akan dipindahkan terlebih dahulu kedalam perkiraan yang bernama Ikhtisar Laba Rugi, yang akan mengumpulkan jumlah total debet dari seluruh jumlah beban dan total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai sisa dari Ikhtisar laba rugi tersebut akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1.      Mendebet setiap perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya. Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2.      Mengkredit setiap perkiraan beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.



















CHAPTER 5
ACCOUNTING FOR MERCHANDISING OPERATION


A.             Pengertian Perusahaan Dagang
            Perusahaan Dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya membeli barang dagangan dengan tujuan untuk dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk.

B.             Akun Khusus Perusahaan Dagang
1. Akun Khusus Perusahaan Dagang
a)      Pembelian
b)      Potongan Pembelian
c)      Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
d)      Beban Angkut Pembelian
e)      Penjualan
f)       Potongan Penjualan
g)      Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
h)      Beban Angkut Penjualan
i)        Persediaan barang dagangan

2. Syarat Pembayaran
a)      n/30 artinya pembeli harus melunasi harga barang paling lambat 30 hari selelah tanggal transaksi
b)      2/10,n/30 artinya potongan 2% akan diberikan bila pembeli melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi, sedang jangka waktu kredit 30 hari
c)      EOM (End of Month), artinya harga neto faktur harus dilunasi paling lambat akhir bulan
d)      n/10, EOM artinya harga neto faktur harus dilunasi paling lambat 10 hari setelah akhir bulan

3. Syarat Penyerahan Barang
a)      Frangko Gudang Penjual, Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pembeli (barang diserahkan di gudang penjual)
b)      Frangko Gudang Pembeli, Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual (barang diserahkan di gudang pembeli)
c)      CIFIC ( Cost, Insurance, anf Freight Inclusive Commmanition), Artinya pihak penjual menanggung biaya pengiriman barang dan premi asuransi kerugian atas berang tersebut
d)      Free on Board (FOB) Shipping Point, Artinya ongkos angkut di gudang penjual dan ongkos menaikkan barang ke atas kapal menjadi tanggungan penjual, sedang sisanya (ongkos kapal, ongkos menurunkan barang dari kapal, dan ongkos angkut dari pelabuhan sampai gudang pembeli) menjadi tanggungan pembeli
e)      Free on Board (FOB) Destination Point , Artinya, ongkos dari gudang penjual, ongkos menaikkan barang ke kapal dan ongkos kapal menjadi tanggungan penjual sedang sisanya (ongkos menurunkan barang dari kapal, dan ongkos angkut dari pelabuhan sampai gudang pembeli)
c. Jurnal Perusahaan Dagang
a)      Jurnal Pembelian, digunakan untuk mencatat pembelian (barang dagangan dan barang lainnya) secara kredit
b)      Jurnal Pengeluaran Kas, digunakan untuk mencatat pengeluaran uang dalam berbagai tujuan
c)      Jurnal Penjualan, digunakan untuk mencatat penjualan (barang dagangan dan barang lainnya) secara kredit
d)      Jurnal Penerimaan Kas, digunakan untuk mencatat penerimaan uang dari berabagai sumber
e)      Jurmal Umum, digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak bias dicatat dalam jurnal khusus

E. Harga pokok penjualan
           
1.      pengertian harga pokok penjuakan, adalah harga perolehan dari harga yang terjual
2.      unsur-unsur harga pokok penjualan
a)      persediaan barang dagang awal
b)      persediaan barang dagang akhir
c)      pembelian
d)      beban angkut pembelian
e)      retur pembelian dan pengurangan harga
f)       potongan pembelian
3.      rumus harga pokok penjualan
a)      HPP : persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir
b)      Pembelian bersih : pembelian + beban angkut pembelian – (retur pembelian dan pengurangan harga + potongan pembelian )
c)      Barang yang tersedia untuk dijual : persediaan awal + pembelian bersih

















CHAPTER 6
INVENTORY

A.             Persediaan Pada Perusahaan Dagang
            Perusahaan yang dimaksud dalam hal ini adalah barang dagangan yang diperoleh oleh perusahaan dengan maksud untuk dijual, jadi dalam perusahaan dagang tidak  terjadi suatu proses untuk mengubah barang tersebut yang diperoleh dari perusahaan industri.
Untuk perusahan dagang memiliki jenis barang yang terdiri dari:
1.      Persediaan perlengkapan (Inventory Of Supplies), Merupakan barang yang yang dimiliki perusahaan yang fungsinya untuk memperlancar penjualan barang dagangan yang terdiri dari perlengkapan kantor, toko dan gudang.
2.      Persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory), Merupakan barang-barang yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali tanpa melakukan perobahan atas barang tersebut.

Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur
            Aktivitas pada perusahaan manufaktur dimulai sejak mengelola bahan baku melalui suatu proses produksi sehingga menjadi barang jadi untuk dijual. Persediaan yang ada di perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Yang ada dalam perusahaan manufaktur juga dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
1.      Bahan Baku, adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari proses produksi yang akan dapat dengan mudah indentifikasi biayanya.
2.      Barang Dalam Proses,  adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses)  tetapi pada tanggal neraca barang-barang tersebut belum selesai dikerjakan dan masih memerlukan pengolahan lebih lanjut.
3.      Barang Jadi,  yaitu barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya.
           
            Pengertian persediaan adalah menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, serta untuk perusahaan manufaktur barang yang telah di produksi atau ditempatkan dalam produksi. Adapun pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali, yang diproses ataupun tanpa diproses terlebih dahulu.
 Sistem Pencatatan Persediaan
Ada dua macam metode pencatatan persediaan yaitu :
1.      Sistem periodikal (physical System), Harus dilakukan dengan melakukan perhitungan pengukuran penimbangan pada akhir periode.
2.      Sistem perpetual (perpetual system), Pencatatan yang dilakukan secara terus menerus setiap kali ada pembelian dan pemakaian.

1.      Sistem Periodik (Metode Fisik)
            Dalam sistem fisik atau periodik, perhitungan dan pencatatan terhadap penambahan, pengurangan, dan saldo rekening persediaan hanya dilakukan sekali dalam satu periode yaitu pada akhir periode. Metode ini digunakan pada perusahaan perusahaan yang menjual barang dengan harga yang relatif murah tetapi frekuensi penjualan sangat sering.
            Pencatatan persediaan dengan menggunakan sistem periodik ini dapat memberikan laporan intern (jangka pendek). jika jumlah persediaan cukup banyak maka membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menghambat laporan keuangan yang diperlukan.

2.      Sistem Perpetual (Metode Buku)
            Sistem perpetual adalah suatu metode pencatatan persediaan yang dilakukan secara terus menerus, setiap ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dilakukan pencatatan terhadap persediaan sebesar harga pokoknya dengan demikian setiap saat saldo perkiraan persediaan menunjukkan saldo
            persediaan yang sebenarnya maka pada akhir periode akuntansi (pada saat menyusun laporan keuangan) tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian terhadap persediaan.
Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan adalah berdasarkan harga pokok baik transaksi pembelian, retur pembelian, penjualan, retur penjualan, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian.
            Metode pencatatan perpetual merupakan cara yang lebih mudah untuk mencatat persediaan dibandingkan dengan metode periodik, karena metode perpetual dapat membantu penyusunan neraca laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.

B.                  Penilaian Persediaan
            Tujuan dilakukan metode ini adalah untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang saling berkaitan dalam rangka menghitung laba bersih pada akhir periode atau pada waktu penutupan atau dalam menyusun laporan keuangan. Persediaan harus dihitung menurut persatuannya maupun nilainya karena persediaan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan untuk tahun yang bersangkutan.
Adapun tujuan dilakukan metode alokasi harga pokok persediaan adalah :
1.      Tujuan yang utama adalah untuk menghitung laba rugi dengan membandingkan biaya dengan hasil penjualan.
2.      Untuk menyajikan nilai, informasi secara teratur dalam perusahan.
3.      Untuk memberikan informasi mengenai persediaan yang meningkatkan para investor dan para pemakai lainnya.

Menurut ikatan Akuntan Indonesia ada beberapa metode penilaian persediaan :
1.      Metode FIFO
2.      Metode LIFO
3.      Metode Rata-rata (Average)
4.      Metode Identifikasi Khusus
5.      Metode Eceran




CHAPTER 7
ACCOUNTING FOR RECEIVABLE

1. Pengertian Piutang
            Piutang adalah tagihan yang ditujukan baik itu kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
             Piutang menurut Al Haryono Jusup (2005 : 52) merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.
            Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.

2.Jenis –Jenis Piutang
 Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi piutang dagang/usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain.
1.      Piutang dagang / piutang usaha Piutang dagang terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit kepada pihak lain/perusahaan lain. Piutang dagang adalah tagihan kepada pelanggan yang sifatnya terbuka, dalam arti bahwa tagihan ini tidak disertai instrument kredit. Piutang dagang berasal dari penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit dalam operasi usaha normal (Slamet sugiri, 2009 : 43)
2.      Piutang wesel Piutang wesel adalah klaim yang dibuktikan dengan instrument kredit secara formal. Instrument kredit ini mesyaratkan debitor untuk membayar dimasa yang akan datang pada tanggal yang sudah ditentukan misalnya minimal 60 hari setelah tanggal penandatanganan wesel (Slamet sugiri, 2009 : 43) .Piutang wesel merupakan janji tertulis yang dibuat oleh pihak debitor (yang berutang) kepada pihak kreditor (yang memberi utang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam surat janji tersebut pada waktu yang telah ditentukan dimasa yang akan datang. Jangka waktu piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
3.      Piutang lain-lain Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha (Slamet sugiri, 2009 : 43). Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang maupun piutang wesel. (Al Haryono Jusup, 2005 : 53).


PIUTANG DAGANG
Hal-hal yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :
1. Pengakuan Piutang Dagang Piutang dagang diakui/dicatat pada saat :
a)      perusahaan memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit.
b)      Terjadi retur dan potongan penjualan
c)      Adanya pelunasan.

2.  Penilaian Piutang Dagang
 Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak tertagih (CKP).
3. Pengalihan Piutang
             Dagang Pengalihan piutang adalah perusahaan mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada pihak lain (lembaga keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk mempercepat penerimaan kas dari piutangnya.
Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena:
1.    situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan sedapat dan secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
2.    Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :
·        Penjualan piutang
·        Penggadaian/penjaminan piutang
·        Penjualan dengan kartu kredit.

Penjualan Piutang
            Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutan ditanggung oleh pihak pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang untuk menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan laian-lain yang akan mengurangi hasil penagihan piutang.




















CHAPTER 8
PLANT ASSET, NATURAL RESOURCES, AND INTANGIBLE ASSET

A. Definisi Aset Tetap
            Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya.
            Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat  hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.

B. Klasifikasi Aset Tetap
            Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:  

1.      Tanah, Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.

2.      Peralatn dan Mesin, Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi.

3.      Gedung dan Bangunan, Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.

4.      Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.

5.      Aset Tetap Lainnya, Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga. 

6.      Konstruksi dalam Pengerjaan, Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan ini akan dibahas lebih lanjut dalam modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan, sehingga dalam modul ini tidak akan dibahas secara khusus.



Aset Tidak Berwujud
1. Definisi Aset Tidak Berwujud
            Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset  non-moneter  yang  dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
            Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
a.      Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depa dari aktiva tersebut, dan
b.      Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.

2.    Karakteristik Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud memiliki tiga karakteristik utama, yaitu[1]:
a.         Kurang memiliki eksistensi fisik, Aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
b.         Bukan merupakan instrumen keuangan, Aset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
c.          Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aset tidak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam aset ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.

            Selain tiga karakteristik utama tersebut, terdapat juga beberapa karakteristik pendukung aset tidak berwujud, yaitu:
a.      Aset tidak berwujud diperoleh melalui pencairan/pengembangan atau dibeli baik secara terpisah atau menjadi satu dengan aset lain;
b.      Aset tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung;
c.       Aset tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing;
d.      Aset tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan;
e.      Aset tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.

3.    Penilaian Aset Tidak Berwujud
            Aset tidak berwujud pada awal perolehannya harus diakui sebesar harga perolehannya, untuk periode berikutnya aset tidak berwujud dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Penentuan harga perolehan aset tidak berwujud bergantung pada cara perolehannya. Aset tidak berwujud yang diperoleh melalui pembelian atau transaksi kas lainya maka harga perolehannya adalah sebesar jumlah uang yang dibayarkan dan atau yang akan dibayarkan. Bila aset tidak berwujud diperoleh melalui proses pertukaran dengan aset lainnya maka harga perolehannya adalah sebesar taksiran harga pasar dari aset yang digunakan sebagai penukar.

PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
a.      harga  beli,  termasuk  bea  masuk  (import),  dan  pajak pembelian  yang  tidak  dapat  dikembalikan,  setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
b.      segala  biaya  yang  dapat  dikaitkan  secara  langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.

Selama umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi. Dalam PSAK 19 (revisi 2009) dinyatakan bahwa:
·        Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Masa manfaat aset tidak berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu manfaat terbatas ataupun masa manfaat yang tidak  terbatas. Amortisasi mulai dihitung saat aset tidak berwujud siap digunakan.



4.     Masa Manfaat
            Pada umumnya masa manfaat aset tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap digunakan, terkecuali ada bukti yang menyakinkan bahwa masa manfaat suatu aset tidak berwujud melebih 20 tahun. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aset tidak berwujud, antara lain:
a.      Perkiraan pemakaian aset oleh perusahaan dan efisiensi pengelolaannya oleh tim manajemen lain;
b.      Siklus hidup produk yang lazin bagi aset tersebut dan informasi yang beredar mengenai estimasi masa manfaat aset sejenis yang digunakan dengan cara yang sama;
c.       Keusangan teknis, teknologi, atau jenis-jenis keusangan lainnya;
d.      Stabilitas industri tempat aset tersebut beroperasi dan perubahan-perubahan dalam permintaan pasar atas produk dan jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut;
e.      Perkiraan tindakan oleh pesaing atau calon pesaing;
f.        Tingkat/jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat ekonomu masa depan dari aset dan kemampuan serta maksud perusahaan untuk mencapai tingkat tersebut;
g.      Periode pengendalian aset dan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya yang dikenakan atas penggunaan aset tersebut, seperti tanggal berakhirnya sewa guna usaha yang terkait; dan
h.      Ketergantungan masa manfaat aset tersebut atas masa manfaat aset lainnya dari perusahaan.

5.    Nilai Sisa
Nilai sisa suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol, kecuali:
a.      Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tersebut pada akhir masa manfaatnya, atau

b.      Ada pasar aktif bagi aset tersebut dan:
·       Nilai sisa aset dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar tersebut; dan
·      Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa yang aktif tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat aset.

6.    Amortisasi Aset Tidak Berwujud
            Amortisasi  adalah  alokasi  sistematis  jumlah  tersusutkan suatu aset tidak berwujud selama masa manfaatnya. Harga perolehan aset tidak berwujud dibebankan secara periodik ke dalam perhitungan laba rugi perusahaan. pembebanan harga perolehan aset ini disebut amortisasi. Jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.


Jenis-jenis Aset Tidak Berwujud

1.   Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai produk intelektual dam pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang diperoleh dari proses internal maupun yang diperoleh dengan cara membeli atau proses pertukaran.

a.    Hak cipta (Copyright)
            Adalah hak yang diberikan kepada pengarang, pencipta, aransemen untuk menerbitkan, menjual atau mengawasi karyanya. Hak cipta dapat dijual untuk diberikan kepada pihak lain berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Harga perolehan hak cipta mencakup keseluruhan pengeluaran mulai saat penyusunan atau penelitian sampai pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima. Harga perolehan hak cipta diamortisasi sepanjang masa manfaatnya.

b.    Hak paten 
            Adalah hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan hal baru untuk memproduksi, menjual atau mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu. hak paten bisa digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan


c.    Hak merk dagang
            Adalah hak cipta dan hak untuk menggunakan suatu tanda pengenal atau simbol atas suatu barang yang diusahakan. Harga perolehan hak merk dagang adalah meliputi biaya perencanaan gambar atau desain gambar, biaya sayembara pembuatan lambing, dan lain-lain termasuk biaya pengurusan ijin merk dagang hingga sertifikat merk dagang diterima.

d.   Hak franchaise
Adalah hak untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain sebagai pengguna fasilitas (franchisee). Franchisee hanya berhak untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya sesuai dengan perjanjian yang disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual atau mengalihkan hak franchaise kepada pihak lain. Bagi franchisor harga perolehan hak franchaise adalah sebesar uang yang dikeluarkan untuk mengurus ijin hak franchaise hingga sertifikat franchaise diterima. Sedangkan harga perolehan hak frainchisee adalah sebesar harga yang dibayarkan kepada franchisor.

e.    Hak sewa (Leasehold)
            Adalah hak untuk menggunakan aset tetap tertentu yang diatur dalam perjanjian sewa-menyewa. Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran untuk mendapatkan hak sewa tergantung bagaimana cara pembayaran sewa dilakukan. Terdapat dua cara pembayaran sewa, yaitu:
1.Sewa dibayar setiap periode, maka pembayaran sewa diperlakukan sebagai beban operasional untuk periode dibayarkan sewanya.
2. Sewa dibayar untuk beberapa periode, bila sewa yang dibayarkan itu untuk beberapa periode yang relative pendek maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar dicatat dalam perkiraan sewa dibayar dimuka. Sedangkan bila sewa dibayar dimuka untuk beberapa periode yang relatif panjang maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud dalam perkiraan Hak Sewa.

            Harga perolehan hak sewa adalah meliputi pembayaran sewa kepada pemilik aset dan pengeluaran-pengeluaran lain untuk mempersiapkan aset yang disewa tersebut siap digunakan dalam operasi perusahaan.



f.     Hak eksklusif

            Dalah hak khusus yang diberikan oleh negara untuk mengelola fasilitas publik atau sumber daya alam yang dimiliki negara. Harga perolehan hak eksklusif meliputi biaya survei, biaya riset, biaya pemetaan, biaya eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan berbagai fasilitas, biaya perijinan dan biaya-biaya lain terkait dengan uapaya perolehan hak tersebut hingga hak eksklusif tersebut dinyatakan siap untuk memberikan kontribusinya pada operasi perusahaan.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Business

Popular

Arsip Blog

Recent Posts