BAB 7
ACTIVITY BASED COSTING
A.Pengetian ABC
Activity Based Costing merupakan metode yang
menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan
lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga
menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya
serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas
untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang
tajam yang memaksa perusahaan untukcost effective
2. Advanced manufacturing
technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost
menjadi lebih tinggi dariprimary cost.
3. Adanya strategi perusahaan
yang menerapkan market driven strategy
B.Kelemahan ABC
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
a. Akuntansi biaya
tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi.
b. Alokasi biaya overhead
pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume
produksi.
c. Ada diversitas produk,
dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.
C.Keunggulan ABCBeberapa keunggulan dari
sistem biaya Activity Based Costing dalam
penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :
a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.
penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :
a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modem, terdapat sejumlah akrivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis sistem biaya Activity Based Costing itu sendiri memberi perhatian
pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat
ditelusuri.
c. Sistem biaya
Activity Based Costing mengakui bahwa aktivitaslah yang
menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan
produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan
produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
d. Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan perhatian pada sifat riil
dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan
mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.
e. Sistem biaya Activity Based Costing mengakui kompleksitas dari
diversitas produksi yang modern dengan menggunakan banyak pemacu
biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah
berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
f. Sistem biaya Activity Based Costing memberikan suatu indikasi yang
dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run
variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang
strategik.
g. Sistem biaya Activity Based Costing cukup fleksibel untuk menelusu ri
biaya ke proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga
biaya produk.
Penerapan ABC
sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat
dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Facility sustaining
activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas
yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji
pegawai kunci
b. Product sustaining
activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
c. Bacth activity cost ----- biaya yang
berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin.
d. Unit level activity cost ---- biaya yang
berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja
D. Pembebanan dua tahap dalam ABC
Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based
Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun
pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap
seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk
pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat
biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya
tradisional (cooper, 1991:269-270).
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak
cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi
biaya tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan
dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah
suatu kejadian yang menimbulkan biaya.Cost Driver merupakan faktor
yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan
suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam
aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2. Rasio Konsumsi adalah proporsi
masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan
cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah
keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan
kumpulan biaya darioverhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan
dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya
yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan
mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan
Sistem ABC
Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure
pembebanan biayaoverhead dengan sisitem ABC melalui
dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost
pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4
langkah :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan
biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam
berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang
terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch
related activity costing, product sustaining activity costing, facility
sustaining activity costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level
Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit
produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah
unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan,
karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah
unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch
Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses,
tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya,
pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen
adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk
Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan
produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau
unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau
mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility
level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah
aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya
aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan
secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk
aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan
sebagainya.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam
penentuan tarif/unit cost driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost
Driver
Adalah biaya per unit Cost
Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver
dapat dihitung dengan rumus sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriverfitasJumlahAkti
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas
kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan
biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost
Driver X Cost Driver yang dipilih
Pengenalan
Pembiayaan Berdasarkan Aktifitas (Activity Based Costing System – ABC System)
Sebagaimana aktifitas
manufaktur makin terus diotomasi dan tekanan persaingan internasional makin
tinggi, banyak perusahaan manufaktur memperkenalkan sistem pembiayaan produk
yang lebih lengkap. Walaupun overhead departmental yang telah dibagi-bagi per
departemen memberikan biaya produk yang lebih akurat daripada overhead yang
secara keseluruhan, masih dimungkinkan untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi
dengan memfokuskan kepada banyak aktivitas yang mempengaruhi proses produksi.
Dalam sistem pembiayaan berdasarkan aktifitas (ABC system), dua tahap alokasi
proses tetap digunakan. Tapi bukannya memasukkan overhead hanya pada department
pada tahap 1, overhead tersebut diberikan pada lebih banyak pos yang
melambangkan aktifitas dalam proses produksi. Aktifitas ini berbeda-beda dalam
tiap perusahaan, tapi dapat dijabarkan sebagai contoh seperti berikut ini:
dukungan engineering, penanganan bahan baku, set up mesin, penjadwalan
produksi, inspeksi, penerimaan, pengiriman dan pembelian.
Setelah memasukkan biaya pada pos
aktifitas di tahap 1, driver biaya dididentifikasikan sesuai pos tersebut.
Kemudian pada tahap 2 biaya overhead dialokasikan dari setiap
aktifitas secara proprosional sesuai aktifitas yang dilakukan untuk
setiap pekerjaan. Misalnya berapa jumlah inspeksi bisa menjadi angka yang
menentukan jumlah overhead dari aktifitas inspeksi pada berbagai pekerjaan
produksi. Jika pekerjaan A memerlukan 2 kali inspeksi lebih banyak
daripada daripada pekerjaan B maka jumlah biaya overhead dari
inspeksi pun akan menjadi 2 kali lebih banyak.
Gambar 3-13 menunjukkan alokasi proses 2
tahap dalam ABC system. Peningkatan akurasi pembiayaan dalam sistemini datand
dari tahap 1 yaitu menidentifikasi sejumlah pos aktifitas dan 2
penentuan angka driver untuk setiap aktifitas.
Tren saat ini yang menggunakan lingkungan produksi yang sangat otomatis
adalah menggunakan angka driver yang tinggi untuk penentuan overhead. ABC
system makin banyak digunakan sebagaimana para manajer melihat kepentingan
strategis untuk mendapatkan informasi biaya yang akurat. ABC system relatif
baru dan sangat penting dalam pembahasan manajemen akuntansi.
D. ABC pada perusahaan jasa
Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa.
Sistem kerja Activity Based
Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga
dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based
Costingpada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini
disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992),
karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu:
1) Output seringkali
sulit didefinisi
2) Pengendalian aktivitas pada permintaan
jasa kurang dapat didefinisi
3) Cost mewakili proporsi
yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang
ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada
perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak
terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan
konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat
perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan
metode Activity Based Costing pada bisnisnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity
Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa,
setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan Activy Based Costing pada perusahaan jasa
adalah:
1) Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas
dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien.
2) Spesial Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan
perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa.
Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu
jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun
tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
3) Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki
kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan
jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal
yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar